Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2022, 13:05 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, mengeja, menulis, atau berbicara adalah disleksia.

Disleksia menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, serta mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.

Kesulitan dalam memproses kata-kata inilah yang menyebabkan penderita disleksia sulit mengeja, menulis, atau berbicara dengan jelas.

Baca juga: Gejala Disleksia Sesuai Rentang Usia yang Perlu Diwaspadai

Disleksia merupakan gangguan neurologis pada bagian otak yang memproses bahasa.

Meskipun termasuk gangguan neurologis, kondisi ini tidak memengaruhi atau berhubungan tingkat kecerdasan penderita.

Penderita disleksia umumnya memiliki penglihatan normal dan tingkat kecerdasan yang sama dengan orang lain yang tidak menderita disleksia.

Hingga saat ini, tidak obat yang dapat menyembuhkan disleksia. Namun, diagnosis dini dan dukungan perawatan yang tepat dapat membantu meningkatkan prestasi penderitanya.

Gejala

Dirangkum dari situs Better Health Channel dan Mayo Clinic, gejala disleksia cukup sulit untuk dikenali sebelum anak mencapai usia sekolah.

Berikut beberapa tanda yang dapat menjadi gejala disleksia:

Gejala disleksia sebelum usia sekolah, meliputi:

  1. Terlambat berbicara
  2. Mempelajari kata baru secara perlahan
  3. Sulit untuk membentuk kata secara tepat atau bingung membedakan kata-kata yang terdengar sama
  4. Sulit untuk mengingat atau memberi nama, angka, dan warna
  5. Kesulitan saat belajar atau bermain dengan sesuai yang berirama.

Baca juga: Mengenal Gejala Disleksia berdasarkan Rentang Usia

Gejala disleksia di usia sekolah, meliputi:

  1. Kemampuan membaca di bawah level sesuai dengan usianya
  2. Bermasalah saat memproses dan memahami kata yang didengar
  3. Sulit untuk menemukan kata yang tepat atau merangkai kalimat untuk menjawab pertanyaan
  4. Sulit untuk mengingat hal-hal kecil
  5. Kesulitan melihat persamaan dan perbedaan pada tulisan dan kata
  6. Kesulitan untuk mengucapkan kata yang tidak diketahui
  7. Sulit untuk mengeja
  8. Menghabiskan waktu yang lebih lama dari seharusnya untuk membaca atau menulis
  9. Menghindari aktivitas yang mengharuskan untuk membaca
  10. Sulit membedakan huruf yang serupa dalam penulisan, seperti ‘b’ dan ‘d’ atau ‘m’ dan ‘w’
  11. Kerap menulis terbalik, misalnya menulis ‘tip’ menjadi ‘pit’
  12. Lamban dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang melibatkan kegiatan membaca atau menulis
  13. Mengalami kesalahan saat mengucapkan kata atau nama
  14. Mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa asing
  15. Sulit memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.

Apabila perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak terlihat lambat hingga anak kelas 1 SD, sebaiknya orang tua segera melakukan konsultasi dengan dokter.

Hal ini dilakukan karena disleksia yang tidak ditangani akan menyebabkan anak mengalami kesulitan membaca hingga mereka dewasa.

Penyebab

Mengutip Medical News Today, hingga kini penyebab disleksia masih belum diketahui secara pasti.

Baca juga: Benarkah Membaca Sambil Tiduran Berbahaya untuk Mata?

Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan kelainan gen yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa.

Beberapa peneliti mengatakan bahwa perubahan pada gen DCDC2 juga berkaitan dengan gangguan membaca dan disleksia.

Selain itu, cedera otak atau stroke juga dapat berperan dalam perubahan cara kerja otak yang menyebabkan disleksia.

Faktor risiko

Menurut Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami disleksia:

  • Riwayat anggota keluarga dengan disleksia atau gangguan belajar
  • Dilahirkan secara prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR)
  • Penggunaan nikotin, obat-obatan, alkohol, atau terkena infeksi yang dapat mengubah perkembangan otak janin selama kehamilan.

Diagnosis

Dikutip dari situs Mayo Clinic, dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor berikut saat mendiagnosis disleksia:

  1. Riwayat kesehatan, perkembangan, dan pendidikan anak
    Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien, termasuk anggota keluarga dengan riwayat gangguan dalam proses belajar.
  2. Situasi dan kondisi di rumah
    Dokter mungkin akan menanyakan situasi dan kondisi keluarga pasien, termasuk siapa saja yang tinggal dan masalah dalam keluarga.
  3. Kuesioner
    Dokter akan meminta pasien, anggota keluarga, serta guru untuk menjawab pertanyaan untuk mengidentifikasi kemampuan membaca dan menulis pasien.
  4. Pemeriksaan saraf
    Tes fungsi saraf bertujuan untuk mendeteksi apakah disleksia berkaitan dengan gangguan pada saraf mata, pendengaran, dan otak.
  5. Tes psikologi
    Pemeriksaan ini dilakukan untuk memahami kondisi kejiwaan atau kesehatan mental anak.

    Tes psikologi juga membantu menyingkirkan kemungkinan gangguan kecemasan atau depresi yang dapat memengaruhi kemampuan kemampuan belajar.

  6. Tes akademis
    Pasien akan menjalani serangkaian tes akademis, termasuk kemampuan pasien dalam membaca yang dianalisis oleh ahli di bidangnya.

Baca juga: Tak Hanya Tambah Ilmu, Baca Buku Bisa Perpanjang Umur

Perawatan

Merangkum National Health Service dan Mayo Clinic, disleksia merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan.

Meskipun demikian, terdapat metode khusus yang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis penderita disleksia.

Metode ini disebut dengan metode fonik, yaitu metode yang meningkatkan kemampuan pasien dalam mengidentifikasi dan memproses suara.

Pada metode fonik, penderita disleksia akan mendapat sejumlah pelatihan berikut:

  • Mengenali dan mengidentifikasi bunyi kata yang diucapkan
    Misalnya membantu anak mengenali bahwa kata-kata pendek seperti "tas" sebenarnya terdiri dari 3 suara, yaitu "t", "a" dan "s")
  • Menggabungkan huruf untuk membentuk kata
    Secara bertahap, dokter akan menggunakan kata tersebut untuk membentuk kalimat yang rumit
  • Memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi atau kata tersebut
  • Membaca kata dalam kalimat secara lantang untuk membangun ketepatan (akurasi), kecepatan, dan ekspresi dalam membaca (kefasihan)
  • Menyusun kalimat menggunakan kosakata baru yang dipahami
  • Memantau pemahaman pasien dalam membaca
    Misalnya mendorong anak untuk bertanya apabila mereka tidak paham dengan kata atau informasi yang disampaikan

Metode fonik idealnya disampaikan secara terstruktur dengan tiap langkah yang terus dikembangkan.

Baca juga: Dyscalculia, Kelainan Belajar yang Membuat Anak Lemah dalam Matematika

Anak-anak penderita disleksia umumnya juga akan diminta untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari secara teratur.

Selain itu, beberapa langkah berikut juga dapat dilakukan orang tua untuk membantu proses pemulihan anak:

  • Membaca dengan suara keras dan lantang di hadapan anak
    Metode ini lebih efektif diterapkan pada anak berusia enam bulan atau lebih muda.
    Jika anak sudah cukup dewasa, ajak untuk membaca buku yang sama secara bersama-sama dan berulang agar mereka terbiasa dengan kata-kata pada teks tersebut.
  • Bekerja sama dengan guru atau pembimbing di sekolah
    Bicarakan kondisi anak dengan guru di sekolah agar dapat menemukan cara terbaik untuk membantu keberhasilan anak di sekolah.
  • Berikan contoh membaca dengan benar
    Melalui cara ini orang tua dapat menunjukkan kepada anak bahwa membaca merupakan hal yang menyenangkan.
  • Terapkan waktu belajar membaca
    Dengan cara ini, anak akan belajar membaca secara rutin atau terjadwal sehingga kemampuan anak dalam membaca akan meningkat.

  • Beri semangat agar anak berani membaca
    Dukungan dan kasih sayang orang tua dapat membantu menghilangkan ketakutan anak untuk membaca, menulis, mengeja, atau berbicara.

  • Bicarakan dengan anak mengenai kondisinya
    Sampaikan kepada anak mengenai kondisi dan perawatan yang sedang dijalaninya sehingga mereka lebih semangat untuk menjalani perawatan.

  • Berikan suasana rumah yang nyaman untuk belajar
    Orang tua harus menyediakan ruangan yang bersih, tenang, dan nyaman bagi anak untuk belajar.
    Selain itu, orang tua juga harus memastikan bahwa anak cukup istirahat dan berikan mereka makanan yang sehat dan bergizi.

  • Batasi menonton televisi
    Batasi waktu anak menonton televisi dan gunakan waktu lebih banyak untuk belajar membaca.

  • Rutin berkomunikasi dengan tenaga pendidik
    Orang tua sebaiknya rutin berkomunikasi dengan guru agar mereka mengetahui perkembangan atau kemampuan anak di sekolah.

  • Bergabunglah dengan support group
    Cara ini menjadi wadah berbagi pengalaman dan informasi di antara orang tua yang memiliki anak dengan disleksia.

Baca juga: Gangguan Belajar pada Anak: Jenis, Penyebab, hingga Cara Menanganinya

Komplikasi

Menurut Mayo Clinic, disleksia dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berikut:

  • Kesulitan belajar

Dikarenakan membaca merupakan keterampilan dasar pada sebagian besar mata pelajaran di sekolah maka penderita disleksia dapat tertinggal secara akademis

  • Masalah sosial

Tanpa perawatan, disleksia dapat menyebabkan penderitanya merasa rendah diri yang memicu perubahan perilaku, kecemasan, dan penarikan diri dari lingkungan sosial

  • Masalah saat dewasa

Ketidakmampuan membaca dan memahami dapat menghalangi penderitanya mencapai potensi atau mimpinya.

Kondisi ini juga dapat berdampak pada pendidikan, kehidupan sosial, dan ekonomi penderita disleksia.

  • Attention-deficit hyperactivity (ADHD)

Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya sulit berkonsentrasi, serta menimbulkan perilaku hiperaktif dan impulsif.

Perilaku hiperaktif dan impulsif akibat ADHD dapat menyebabkan disleksia lebih sulit ditangani.

Baca juga: 3 Cara Cegah Anak Bosan saat Harus Belajar di Rumah

Pencegahan

Dilansir dari Lybrate, dikarenakan penyebab disleksia masih belum diketahui secara pasti maka tidak ada tindakan efektif yang dapat mencegah kondisi ini.

Namun, menjaga kehamilan tetap sehat dan memastikan kebutuhan nutrisi janin terpenuhi dapat membantu mengurangi faktor risiko disleksia.

Tidak hanya selama kehamilan, kebutuhan nutrisi anak dari bayi hingga tumbuh dewasa juga harus selalu terpenuhi.

Selain itu, diagnosis dini dan dukungan perawatan yang tepat dapat membantu mencegah komplikasi disleksia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau