KOMPAS.com - Mekonium adalah kotoran pertama atau tinja dari bayi yang baru lahir.
Sindrom aspirasi mekonium terjadi ketika bayi baru lahir menghirup campuran mekonium dan cairan ketuban ke dalam paru-paru pada waktu persalinan.
Sindrom aspirasi mekonium menjadi penyebab utama penyakit parah dan kematian pada bayi baru lahir, terjadi pada sekitar 5 hingga 10 persen kelahiran.
Baca juga: Kenali 9 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Hal ini dapat terjadi saat janin stres selama persalinan, khususnya jika janin melewati tanggal persalinan yang seharusnya.
Beberapa gejala aspirasi mekonium, yaitu:
Saat bayi mengeluarkan mekonium ke dalam cairan ketuban di sekitarnya, mereka dapat menghirupnya ke dalam paru-paru.
Ini mungkin terjadi:
Mekonium juga dapat menyumbat saluran udara bayi segera setelah lahir sehingga menyebabkan masalah pernapasan karena pembengkakan (peradangan) pada paru-paru bayi setelah lahir.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan stres pada bayi sebelum lahir, antara lain:
Baca juga: Untuk Ibu Hamil, Waspadai Penyakit Hirschsprung pada Bayi Baru Lahir
Sebelum lahir, monitor janin mungkin menunjukkan detak jantung yang lambat.
Saat lahir, mekonium dapat terlihat di cairan ketuban. Selain itu, bayi juga mungkin memerlukan bantuan pernapasan atau detak jantung segera setelah lahir.
Bayi pun kemungkinan akan memiliki skor Apgar yang rendah.
Tim perawatan kesehatan akan mendengarkan dada bayi dengan stetoskop. Langkah ini dapat menunjukkan suara napas yang tidak normal, terutama suara kasar dan serak.
Analisis gas darah juga akan menunjukkan:
Mulut bayi yang baru lahir harus disedot segera setelah kepala dapat dilihat selama persalinan.
Perawatan lebih lanjut diperlukan jika ada pewarnaan mekonium yang kental dan janin menjadi stres.
Baca juga: 7 Gejala Hipoglikemia pada Bayi Baru Lahir dan Penyebabnya
Bayi dapat ditempatkan di kamar perawatan khusus atau unit perawatan intensif bayi baru lahir.
Perawatan lain mungkin termasuk:
Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin selama kehamilan dan bayi baru lahir cukup bulan, para ahli merekomendasikan untuk tidak menyedot tenggorokan dalam-dalam karena takut menyebabkan jenis pneumonia tertentu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.