KOMPAS.com - Protein memiliki banyak manfaat, tetapi jika kadarnya berlebihan juga berbahaya bagi tubuh.
Mengutip Healthline, protein memiliki manfaat bagi tubuh, seperti membantu untuk membangun dan memperbaiki otot, organ, dan tulang.
Diet tinggi protein juga telah terbukti membantu mengurangi lemak, menurunkan berat badan, meningkatkan rasa kenyang, dan memelihara otot.
Pakar nutrisi tidak menganjurkan konsumsi protein melebihi jumlah harian yang direkomendasikan.
Baca juga: Kenali Pemeriksaan Protein Urine untuk Melihat Fungsi Ginjal
Mengutip Kementerian Kesehatan, orang dewasa yang tidak begitu aktif disarankan untuk memakan sekitar 0,75 gram protein per hari untuk setiap 1 kg berat badannya.
Rata-rata konsumsi protein yang direkomendasikan untuk laki-laki 55 gram dan perempuan 45 gram setiap hari.
Itu hanya sekitar dua genggaman daging, ikan, tahu, atau kacang-kacangan.
Mengutip Medical News Today, sebuah studi 2016 merekoendasikan makan protein:
Siapa pun yang sedang hamil atau menyusui perlu makan lebih banyak protein dari pada orang lain.
Beberapa penelitian juga menemukan bahwa orang mungkin perlu meningkatkan asupan protein seiring bertambahnya usia.
Sebuah studi pada 2016 menyimpulkan bahwa orang dewasa yang lebih tua harus makan lebih banyak protein.
Orang biasanya dapat mengkonsumsi 2 gram protein per kg berat badan mereka setiap hari dalam jangka panjang, tanpa efek samping yang signifikan.
Beberapa orang, seperti atlet elit, mungkin dapat makan sebanyak 3,5 gram per kg berat badan setiap hari tanpa efek samping.
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi prottein lebih dari 2 gram per kg berat badan setiap hari untuk waktu yang lama dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Baca juga: 21 Penyebab Protein Urine Tinggi yang Perlu Diwaspadai
Mengutip Healthline, ada manfaat potensial untuk diet protein tinggi untuk orang sehat.
Namun, penting untuk memahami masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelebihan protein dalam tubuh, terutama jika kamu mengikuti diet protein tinggi yang berlebihan untuk waktu yang lama.
Mengutip Healthline, diet tinggi protein mungkin digadang dapat menurunkan berat badan, tetapi bisa jadi itu hanya bersifat jangka pendek.
Kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino dikeluarkan.
Hal itu dapat menyebabkan kenaikan berat badan dari waktu ke waktu, terutama jika seseorang mengkonsumsi terlalu banyak kalori saat mencoba meningkatkan asupan protein.
Sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa penambahan berat badan secara signifikan terkait dengan diet.
Mengutip Healthline, kelebihan protein yang dikonsumsi dapat menyebabkaan bau mulut, terutama jika dibarengi dengan membatasai asupan karbohidrat.
Hal ini bisa jadi karena metabolisme tubuh mengalami kondisi yang disebut ketosis.
Ketosis menghasilkan bahan kimia yang mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Menyikat gigi dan berkumur tidak akan menghilangkan baunya dalam sekejap.
Seseorang dapat menggandakan asupan air, menyikat gigi lebih sering, dan mengunyah permen karet untuk mengatasi beberapa efek bau mulut ini.
Baca juga: Malnutrisi Energi Protein
Mengutip Healthline, diet tinggi protein yang membatasi karbohidrat biasanya rendah serat.
Meningkatkan asupan air dan serat dapat membantu mencegah sembelit. Melacak pergerakan usus Anda mungkin bisa membantu.
Mengutip Healthline, makan terlalu banyak susu atau makanan olahan, ditambah dengan kekurangan serat, dapat menyebabkan diare.
Diare parah dapat terjadi jika tubuh individu tidak toleran laktosa atau mengkonsumsi sumber protein, seperti daging goreng, ikan, dan unggas.
Mengutip Healthline, tubuh yang kelebihan protein akan mengeluarkan lebih banyak nitrogen dengan cairan dan air.
Hal ini dapat membuat dehidrasi, meskipun kamu mungkin tidak merasa lebih haus dari biasanya.
Sebuah studi kecil 2002 yang melibatkan atlet menemukan bahwa ketika asupan protein meningkat, tingkat hidrasi menurun.
Namun, sebuah penelitian 2006 menyimpulkan bahwa mengonsumsi lebih banyak protein memiliki dampak minimal pada hidrasi.
Risiko atau efek ini dapat diminimalkan dengan meningkatkan asupan air, terutama jika kamu adalah orang yang aktif.
Terlepas dari konsumsi protein, selalu penting untuk minum banyak air sepanjang hari.
Baca juga: 8 Sayuran yang Mengandung Protein Tinggi
Mengutip Healthline, tidak ada studi utama yang menghubungkan asupan protein tinggi dengan kerusakan ginjal pada individu yang sehat.
Namun orang dengan penyakit ginjal sebelumnya dapat mengalami kerusakan ginjal, jika tubuhnya kelebihan protein.
Ginjal yang rusak harus bekerja lebih keras untuk membuang nitrogen ekstra dan produk sisa metabolisme protein.
Mengutip Healthline, sebuah studi telah menunjukkan bahwa diet tinggi protein berbasis daging merah terkait dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti kanker.
Makan lebih banyak daging merah dan/atau daging olahan terkait dengan kanker usus besar, payudara, dan prostat.
Sebaliknya, makan protein dari sumber lain telah terkait dengan penurunan risiko kanker.
Para ilmuwan percaya ini bisa disebabkan sebagian karena hormon, senyawa karsinogenik, dan lemak yang ditemukan dalam daging.
Baca juga: Selain Daging, Ini 4 Sumber Protein Terbaik
Mengutip Healthline, makan banyak daging merah dan olahan susu penuh lemak sebagai bagian dari diet tinggi protein dapat mmeicu risiko penyakit jantung.
Hal tersebut diperkirakan terkait dengan asupan lemak jenuh dan kolesterol yang lebih tinggi.
Menurut studi 2010, makan daging merah dalam jumlah besar dan produk susu tinggi lemak terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita.
Makan unggas, ikan, dan kacang-kacangan menurunkan risiko penyakit jantung.
Sebuah studi 2018 juga menunjukkan bahwa konsumsi daging merah dalam jangka panjang dapat meningkatkan trimetilamina N-oksida (TMAO).
TMAO adalah bahan kimia yang dihasilkan usus terkait dengan penyakit jantung.
Temuan studi juga menunjukkan bahwa mengurangi atau menghilangkan diet daging merah bisa menghilangkan efek penyakit jantung tersebut.
Mengutip Healthline, makan dengan kelebihan protein dapat menyebabkan hilangnya kalsium.
Kondisi itu kadang-kadang dikaitkan dengan osteoporosis dan kesehatan tulang yang buruk.
Sebuah tinjauan studi 2013 menemukan hubungan antara tingkat konsumsi protein yang tinggi dan kesehatan tulang yang buruk.
Namun, studi 2013 lainnya menemukan bahwa efek protein pada kesehatan tulang tidak meyakinkan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperluas dan menyimpulkan temuan tersebut.
Baca juga: 7 Makanan Sumber Protein Tinggi, Bukan Hanya Susu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.