Dokter Spesialis Orthopaedi Mayapada Hospital Surabaya www.mayapadahospital.com
KOMPAS.com - Penyakit tulang keropos (osteoporosis) yang sering didengar di masyarakat merupakan kondisi di mana kepadatan tulang mengalami penurunan yang mengakibatkan massa tulang menjadi rendah dan tulang menjadi rapuh.
Penurunan kepadatan tulang ini terjadi karena ketidakseimbangan antara deposisi mineral dan penyerapan pada jaringan tulang.
Hal ini menyebabkan ukuran rongga pada tulang semakin besar (normalnya berbentuk rongga-rongga kecil seperti sarang lebah) sehingga mengurangi kekuatan dan kepadatan tulang. Pembesaran ukuran rongga tulang tersebut meyebabkan bagian luar tulang melemah dan menipis.
Baca juga: Cara Mencegah Osteoporosis Pada Usia Muda
Kondisi ini menyebabkan pasien yang menderita osteoporosis berisiko tinggi mengalami patah tulang secara tiba-tiba saat beraktivitas (berdiri, berjalan, membungkuk).
Osteoporosis dapat terjadi di berbagai bagian tulang, tapi umumnya osteoporosis banyak terjadi pada tulang panggul, tulang belakang, dan tulang pergelangan tangan.
Umumnya penderita tidak menyadari dan merasakan bahwa kondisi tulangnya yang semakin lemah sampai mereka mengalami cedera yang mengakibatkan patah tulang, maka dari itu osteoporosis juga sering kali disebut sebagai “silent disease”
Di masyarakat, osteoporosis sering dianggap penyakit para lansia, namun sebenarnya bisa dialami oleh siapa saja karena beberapa faktor seperti gen, usia, dan jenis kelamin bisa memicu terjadinya osteoporosis.
Osteroporosis berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 yaitu:
Umumnya, penderita osteoporosis pada tahap awal tidak menimbulkan gejala sampai terjadi cedera yang menyebabkan patah tulang.
Tapi merangkum Healthline dan Mayo Clinic, ketika kepadatan tulang menurun akibat osteoporosis, ada beberapa gejala yang kerap muncul, sebagai berikut:
Akibat buruk yang ditimbulkan dari osteoporosis adalah mudahnya terjadi patah tulang yang menyebabkan penderita tidak dapat hidup mandiri dan menganggu psikologis pasien.
Menurut WHO, 50 persen kejadian patah tulang panggul pada pasien osteoporosis dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup dan meningkatkan angka kematian.
Baca juga: Osteoporosis: Gejala, Penyebab, Cara Mencegah
Merangkum dari Mayo Clinic, osteoporosis terjadi karena menurunnya kemampuan tubuh untuk meregenerasi tulang yang menyebabkan kepadatan tulang ikut berkurang.
Kepadatan tulang mencapai puncaknya ketika seseorang berusia akhir 20 tahunan, dan mulai melemah ketika memasuki usia 35 tahun.
Seiring bertambahnya usia, tulang lebih cepat rusak daripada tulang yang dibentuk kembali. Kerusakan yang terjadi secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis.
Dilansir dari Mayo Clinic, wanita cenderung lebih berisiko mengalami osteoporosis daripada pria, terutama setelah menopause.
Berikut beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terkena osteoporosis:
Baca juga: Apakah Susu Efektif untuk Mencegah Osteoporosis?
Melansir Everyday Health, untuk mendiagnosis osteoporosis dokter akan menilai faktor risiko penderita dan melakukan bone mineral density test (BMD) atau tes kepadatan tulang.
Tes kepadatan tulang yang paling umum adalah dual energy X-ray absorptiometry (DEXA). Pemindaian ini mirip dengan rontgen sehingga tidak menimbulkan rasa sakit dengan jumlah radiasi yang sangat minimal.
Umumnya, tes ini dilakukan untuk pemeriksaan tingkat kepadatan tulang tulang belakang, pinggul, atau pergelangan tangan penderita.
Dirangkum dari Mayo Clinic dan Healthline, tidak ada obat untuk osteoporosis, tetapi penanganan yang tepat dapat membantu melindungi dan memperkuat tulang.
Pengobatan juga bertujuan untuk membantu memperlambat kerusakan tulang pada tubuh penderita, bahkan beberapa pengobatan dapat memicu pertumbuhan tulang baru.
Berikut beberapa penanganan untuk penderita osteoporosis:
Sebagai informasi penting, obat-obatan di atas hanya boleh dikonsumsi sesuai anjuran dokter.
Baca juga: 3 Jenis Olahraga untuk Mencegah Osteoporosis
Dikutip dari WebMD, berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena osteoporosis:
Baca juga: 8 Penyebab Osteoporosis dan Faktor Risikonya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.