Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 27/08/2022, 08:52 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Reyner Valiant Tumbelaka, Sp.OT, M.Ked.Klin
Divalidasi oleh:
dr. Reyner Valiant Tumbelaka, Sp.OT, M.Ked.Klin

Dokter Spesialis Orthopaedi Mayapada Hospital Surabaya www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Penyakit tulang keropos (osteoporosis) yang sering didengar di masyarakat merupakan kondisi di mana kepadatan tulang mengalami penurunan yang mengakibatkan massa tulang menjadi rendah dan tulang menjadi rapuh.

Penurunan kepadatan tulang ini terjadi karena ketidakseimbangan antara deposisi mineral dan penyerapan pada jaringan tulang.

Hal ini menyebabkan ukuran rongga pada tulang semakin besar (normalnya berbentuk rongga-rongga kecil seperti sarang lebah) sehingga mengurangi kekuatan dan kepadatan tulang. Pembesaran ukuran rongga tulang tersebut meyebabkan bagian luar tulang melemah dan menipis.

Baca juga: Cara Mencegah Osteoporosis Pada Usia Muda

Kondisi ini menyebabkan pasien yang menderita osteoporosis berisiko tinggi mengalami patah tulang secara tiba-tiba saat beraktivitas (berdiri, berjalan, membungkuk).

Osteoporosis dapat terjadi di berbagai bagian tulang, tapi umumnya osteoporosis banyak terjadi pada tulang panggul, tulang belakang, dan tulang pergelangan tangan.

Umumnya penderita tidak menyadari dan merasakan bahwa kondisi tulangnya yang semakin lemah sampai mereka mengalami cedera yang mengakibatkan patah tulang, maka dari itu osteoporosis juga sering kali disebut sebagai “silent disease”

Di masyarakat, osteoporosis sering dianggap penyakit para lansia, namun sebenarnya bisa dialami oleh siapa saja karena beberapa faktor seperti gen, usia, dan jenis kelamin bisa memicu terjadinya osteoporosis.

Jenis

Osteroporosis berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 yaitu:

  1. Osteoporosis Primer

    Kondisi yang paling sering terjadi dan menyerang kelompok umur usia tua yang disebabkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan metabolism tulang
  2. Osteoporosis Sekunder

    Osteroporosis jenis ini dapat menyerang hamper semua kelompok usia karena disebabkan adanya penyakit lain yang mendasari atau penggunaan obat-obatan yang mampu menurunkan kepadatan tulang.

Gejala

Umumnya, penderita osteoporosis pada tahap awal tidak menimbulkan gejala sampai terjadi cedera yang menyebabkan patah tulang.

Tapi merangkum Healthline dan Mayo Clinic, ketika kepadatan tulang menurun akibat osteoporosis, ada beberapa gejala yang kerap muncul, sebagai berikut:

  • Nyeri punggung, disebabkan oleh tulang belakang yang patah
  • Penurunan tinggi badan seiring waktu
  • Perubahan postur badan (memendek), terlihat membungkuk
  • Mudah mengalami patah tulang, bahkan ketika terkena benturan ringan
  • Gusi tampak menyusut
  • Kekuatan cengkeraman menjadi lebih lemah
  • Kuku menjadi lemah dan mudah rapuh.

Akibat buruk yang ditimbulkan dari osteoporosis adalah mudahnya terjadi patah tulang yang menyebabkan penderita tidak dapat hidup mandiri dan menganggu psikologis pasien.

Menurut WHO, 50 persen kejadian patah tulang panggul pada pasien osteoporosis dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup dan meningkatkan angka kematian.

Baca juga: Osteoporosis: Gejala, Penyebab, Cara Mencegah

Penyebab

Merangkum dari Mayo Clinic, osteoporosis terjadi karena menurunnya kemampuan tubuh untuk meregenerasi tulang yang menyebabkan kepadatan tulang ikut berkurang.

Kepadatan tulang mencapai puncaknya ketika seseorang berusia akhir 20 tahunan, dan mulai melemah ketika memasuki usia 35 tahun.

Seiring bertambahnya usia, tulang lebih cepat rusak daripada tulang yang dibentuk kembali. Kerusakan yang terjadi secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis.

Faktor risiko

Dilansir dari Mayo Clinic, wanita cenderung lebih berisiko mengalami osteoporosis daripada pria, terutama setelah menopause.

Berikut beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terkena osteoporosis:

  1. Mengonsumsi obat-obatan, seperti:
    - kortikosteroid jangka panjang
    - obat antikejang
    - obat untuk mengatasi refluks lambung
    - obat kanker
    - penolakan transplantasi
  2. Perubahan hormon, seperti:
    - penurunan kadar hormon estrogen pada wanita
    - hipertiroidisme
    - konsumsi obat hormon tiroid yang terlalu banyak
    - kelenjar paratiroid bermasalah
    - kelenjar adrenal terlalu aktif
  3. Faktor makanan, meliputi:
    - kekurangan asupan kalsium dan vitamin D
    - memiliki gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia
    - memiliki riwayat operasi gastrointestinal
  4. Kondisi medis atau penyakit lain, seperti:
    - penyakit celiac
    - penyakit radang usus
    - gangguan ginjal
    - penyakit hati
    - kanker
    - multiple myeloma
    - rheumatoid arthritis
  5. Gaya hidup, meliputi:
    - kurang aktif bergerak dan jarang berolahraga
    - mengonsumsi alkohol secara rutin dan berlebihan
    - merokok

Baca juga: Apakah Susu Efektif untuk Mencegah Osteoporosis?

Diagnosis

Melansir Everyday Health, untuk mendiagnosis osteoporosis dokter akan menilai faktor risiko penderita dan melakukan bone mineral density test (BMD) atau tes kepadatan tulang.

Tes kepadatan tulang yang paling umum adalah dual energy X-ray absorptiometry (DEXA). Pemindaian ini mirip dengan rontgen sehingga tidak menimbulkan rasa sakit dengan jumlah radiasi yang sangat minimal.

Umumnya, tes ini dilakukan untuk pemeriksaan tingkat kepadatan tulang tulang belakang, pinggul, atau pergelangan tangan penderita.

Perawatan

Dirangkum dari Mayo Clinic dan Healthline, tidak ada obat untuk osteoporosis, tetapi penanganan yang tepat dapat membantu melindungi dan memperkuat tulang.

Pengobatan juga bertujuan untuk membantu memperlambat kerusakan tulang pada tubuh penderita, bahkan beberapa pengobatan dapat memicu pertumbuhan tulang baru.

Berikut beberapa penanganan untuk penderita osteoporosis:

  1. Obat yang dapat meningkatkan kepadatan tulang, seperti:
    a. Bifosfonat, untuk mencegah berkurangnya massa tulang
    b. Denosumab, obat golongan antibodi monoklonal yang dapat diberikan melalui suntikan
    c. Terapi hormon
  2. Obat yang dapat meningkatkan pembentukan tulang, seperti:
    a. Teriparatide, diberikan melalui suntikan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru
    b. Abaloparatide, hanya dapat dikonsumsi selama dua tahun
    c. Romosozumab, obat terbaru yang disetujui FDA untuk mengobati osteoporosis pada wanita pascamenopause yang berisiko tinggi mengalami patah tulang
  3. Konsumsi makanan atau suplemen tambahan yang mengandung kalsium dan vitamin D

Sebagai informasi penting, obat-obatan di atas hanya boleh dikonsumsi sesuai anjuran dokter.

Baca juga: 3 Jenis Olahraga untuk Mencegah Osteoporosis

Pencegahan

Dikutip dari WebMD, berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena osteoporosis:

  1. Lakukan latihan dan olahraga menahan beban guna menjaga kekuatan tulang dan melatih keseimbangan sehingga tidak rentan jatuh, seperti:
    - menaiki tangga
    - senam aerobik
    - push up
    - jongkok
    - joging
    - yoga
  2. Penuhi asupan kalsium dan vitamin D, untuk menjaga kekuatan tulang
  3. Penuhi kebutuhan nutrisi protein, magnesium, vitamin K, dan zinc, untuk menjaga kesehatan tulang
  4. Ubah gaya hidup dengan menghndari konsumsi alkohol
  5. Berhenti merokok
  6. Jaga berat badan agar tetap ideal

Baca juga: 8 Penyebab Osteoporosis dan Faktor Risikonya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau