KOMPAS.com - Dermatitis numularis atau eksim numularis adalah peradangan kulit yang ditandai dengan lesi ekzematosa berbentuk koin atau diskoid.
Bintik-bintik ini sering menyebabkan gatal.
Lesi dapat mengeluarkan cairan bening atau menjadi kering dan berkerak.
Baca juga: 4 Penyebab Eksim yang Perlu Diwaspadai
Eksim numularis sering muncul setelah cedera kulit, seperti luka bakar, abrasi, atau gigitan serangga.
Kondisi ini dapat mengakibatkan satu tambalan atau beberapa tambalan lesi berbentuk koin, tambalan dapat bertahan selama beberapa bulan.
Penyebab eksim numularis tidak diketahui secara pasti. Tapi biasanya ada riwayat pribadi atau keluarga yang berpengaruh, seperti:
Hal-hal yang dapat memperburuk kondisi meliputi:
Dermatitis numularis umumnya disertai salah satu gejala berikut:
Baca juga: Kenali Apa itu Dermatitis, Jenis, dan Penyebabnya
Hubungi doker segera jika merasakan hal-hal berikut.
Penyedia layanan kesehatan biasanya dapat mendiagnosis kondisi ini dengan melihat kulit dan menanyakan riwayat kesehatan keluarga.
Biopsi kulit bisa diperlukan untuk menyingkirkan kondisi serupa lainnya.
Tes alergi juga dapat dilakukan.
Perawatan
Pengobatan dermatitis numular mirip dengan dermatitis atopik, antara lain:
Dupilumab, inhibitor kalsineurin topikal (tacrolimus dan pimecrolimus), dan/atau crisaborole juga bisa dipertimbangkan untuk mengobati dermatitis numular.
Dalam kasus yang jarang, imunosupresan sistemik bisa diperlukan.
Jika dibiarkan tanpa perawatan, dermatitis numularis dapat menyebabkan komplikasi seperti:
Baca juga: Dermatitis: Jenis, Penyebab, Pencegahan hingga Cara Mengatasinya
Mencegah dermatitis numularis bisa dengan penggunaan pelembab secara rutin dan mandi secara teratur.
Jika dermatitis numularis disebabkan oleh alergi kontak, hindari alergen pemicu untuk mencegah kambuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.