Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2022, 21:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Epididimis adalah serangkaian tabung kecil yang mengumpulkan dan menyimpan sperma. Bagian tubuh ini melekat pada bagian belakang setiap testis.

Salah satu penyebab paling umum rasa sakit di skrotum (kulit pelindung testis) adalah epididimitis, peradangan dari epididimis yang disebabkan oleh infeksi.

Penyebaran infeksi ke testis disebut sebagai epididimo-orkitis.

Baca juga: 8 Penyebab Nyeri Testis yang Perlu Diwaspadai

Biasanya, epididimitis merupakan infeksi bakteri sekunder yang dapat dipicu oleh berbagai kondisi, seperti infeksi saluran kemih atau infeksi menular seksual (IMS).

Hal ini berasal dari bakteri di uretra (tabung yang membawa urin dan sperma dari penis) yang bergerak melalui struktur kemih dan reproduksi ke epididimis.

Gejala

Epididimitis mungkin berawal dengan gejala ringan. Namun, gejala dapat memburuk tanpa perawatan.

Beberapa gejala yang timbul dapat meliputi:

  • demam ringan
  • panas dingin
  • nyeri di daerah panggul
  • tekanan di testis
  • rasa sakit dan nyeri di testis
  • kemerahan dan kehangatan di skrotum
  • pembesaran kelenjar getah bening di selangkangan
  • nyeri saat berhubungan seksual dan ejakulasi
  • nyeri saat buang air kecil atau besar
  • lebih sering buang air kecil
  • keluarnya cairan dari penis secara abnormal
  • darah pada air mani.

Penyebab

Melansir Cleveland Clinic, sebagian besar kasus epididimitis disebabkan oleh infeksi, seperti bakteri Mycoplasma atau Chlamydia.

Baca juga: 9 Penyebab Testis Gatal

Infeksi ini umumnya datang melalui infeksi menular seksual. Beberapa bakteri lain yang dapat memengaruhi terjadinya infeksi, yaitu:

  • E. coli.
  • virus gondong
  • tuberkulosis (jarang).

Terkadang epididimitis juga dapat terjadi saat urin mengalir mundur ke epididimis. Hal ini dapat terjadi pada orang yang melakukan angkat beban dalam kesehariannya.

Beberapa penyebab lain dari epididimis, yaitu:

  • penyumbatan di uretra (tabung yang membawa urin dari tubuh)
  • kelenjar prostat yang membesar atau terinfeksi (kelenjar berotot seukuran buah kenari yang mengelilingi bagian uretra)
  • penggunaan kateter (tabung yang mengalirkan kandung kemih)
  • cedera pangkal paha traumatis.

Diagnosis

Dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap kelenjar getah bening yang membesar di selangkangan dan testis yang membesar di sisi yang sakit.

Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan anus untuk melihat jika ada pembesaran atau nyeri prostat.

Beberapa tes yang mungkin direkomendasikan dokter, yaitu:

Baca juga: Mengenal Blue Balls, Nyeri Testis pada Pria

  • skrining infeksi menular seksual: usap (swab) kecil dimasukkan ke ujung penis untuk mendapatkan sampel cairan dari uretra yang kemudian dibawa ke laboratorium untuk gonore atau klamidia.
  • tes urine dan darah: sampel urin dan darah dianalisis untuk kelainan
  • USG: digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan torsio testis. Ultrasonografi Doppler warna dapat menunjukkan jika aliran darah ke testis lebih rendah dari biasanya (menunjukkan adanya torsi) atau lebih tinggi dari normal (epididimitis).

Perawatan

Jika memiliki infeksi, dokter akan memberikan antibiotik.

Antibiotik yang diberikan akan bergantung pada penyebab infeksi. Bisa jadi berupa suntikan, tablet antibiotik, atau kombinasi keduanya.

Setelah mengonsumsi antibiotik, gejala akan mereda dalam beberapa hari. Namun, mungkin dibutuhkan waktu hingga sekitar dua minggu untuk pulih sepenuhnya.

Penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian antibiotik yang diberikan, bahkan setelah merasa lebih baik.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meringankan rasa ketidaknyamanan:

  • istirahat di tempat tidur
  • berbaring sehingga skrotum terangkat
  • oleskan kompres dingin di skrotum sesuai yang diperlukan
  • gunakan penopang atletik
  • hindari mengangkat beban atau benda berat
  • hindari berhubungan seksual hingga infeksi sembuh.

Baca juga: 8 Penyebab Testis Gatal, Bisa Jadi Gejala Penyakit Menular Seksual

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com