Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/08/2021, 06:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bayi dan anak-anak memiliki kulit yang sensitif dikarenakan mereka memiliki lapisan kulit epidermis yang sangat tipis, serta belum memiliki pelembap alami seperti manusia dewasa.

Lapisan epidermis memiliki peranan penting untuk melindungi tubuh dari kuman dan virus yang menyebabkan penyakit.

Hal ini menyebabkan bayi dan anak-anak cukup rentan terinfeksi virus maupun bakteri.

Baca juga: 9 Bahaya Rubella pada Ibu Hamil yang Perlu Diwaspadai

Kulit bayi dan anak-anak yang sensitif menyebabkan mereka rentan mengalami masalah kulit, seperti biang keringat, biduran, eksim, dan muncul ruam kemerahan pada tubuh.

Beberapa penyakit tersebut dapat pulih seiring dengan berkembangnya sistem imun tubuh.

Namun, yang harus diwaspadai adalah jika masalah tersebut tidak kunjung membaik.

Ruam kemerahan pada kulit bayi atau anak-anak dapat mengindikasikan gejala suatu penyakit, salah satunya rubella.

Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus menular yang juga disebut campak Jerman.

Meski dikenal dengan sebutan campak Jerman, rubella berbeda dengan campak.

Namun, keduanya memiliki persamaan yakni ditandai dengan ruam kemerahan pada kulit.

Saat ini rubella jarang terjadi karena telah ditemukan vaksin MMR sebagai upaya mencegahnya.

Namun, karena tidak semua negara di belahan dunia melakukan vaksinasi maka harus tetap waspada dengan penyakit ini.

Penyebab

Rubella muncul karena virus rubella dan biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui saluran pernapasan.

Baca juga: 3 Gejala Utama Rubella pada Anak, Penularan, dan Penanganannya

Virus rubella menyebar ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk dan percikan liurnya tidak sengaja terhirup oleh orang di sekitarnya.

Virus ini juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan kegiatan yang dilakukan oleh orang yang terinfeksi, seperti lendir, berbagi makanan atau minuman, dan memegang benda yang terinfeksi.

Wanita hamil dapat terinfeksi virus rubella yang akan diturunkan ke anak dalam kandungan melalui aliran darah.

Masa inkubasi penderita rubella terjadi selama satu sampai dua minggu sebelum munculnya ruam atau satu sampai dua minggu setelah ruam menghilang.

Orang yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit sebelum orang tersebut merasakan gejala rubella.

Setelah ditemukannya vaksin MMR, penyakit rubella cukup jarang ditemukan. Namun, seseorang yang tidak melakukan vaksinasi berisiko terinfeksi virus rubella.

Gejala

Melansir Mayo Clinic, gejala yang muncul pada anak-anak umumnya lebih ringan karena sulit diperhatikan daripada penderita dewasa.

Gejala rubella pada anak-anak biasanya muncul sekitar 2 sampai 3 minggu setelah terpapar virus.

Baca juga: Vaksin Campak Juga Lindungi Bayi dari Infeksi Lain

Akan muncul ruam merah pada wajah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan berlangsung sekitar satu sampai lima hari.

Terdapat beberapa gejala umum saat terinfeksi virus rubella:

  • Sakit kepala
  • Mata merah
  • Demam ringan ( kurang dari 38,9 derajat Celsius).
  • Hidung tersumbat.
  • Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan muncul di sekitar kulit wajah dan menyebar ke seluruh badan.
  • Nyeri pada sendi.

Virus ini akan menyebar ke seluruh tubuh hanya dalam 5 sampai 7 hari. Jika Anda mengalami gejala tersebut lebih lama maka segera lakukan pemeriksaan dengan dokter.

Diagnosis

Ruam kemerahan akibat rubella hampir serupa dengan ruam akibat infeksi virus lainnya, salah satunya campak.

Maka dari itu, dokter akan melakukan pemeriksaan melalui air liur dan tes darah. Melalui dua metode tersebut dokter dapat mengetahui keberadaan antibodi rubella.

Dengan begitu, dokter dapat mengetahui bahwa pasien telah melakukan vaksinasi rubella, pernah terinfeksi, atau sedang terinfeksi.

Baca juga: Sering Terjadi Pada Anak-anak, Bisakah Orang Dewasa Terinfeksi Campak?

Komplikasi

Manusia hanya sekali terinfeksi virus rubella dan tidak akan mengalaminya kembali.

Pada beberapa wanita yang terinfeksi rubella, mereka mengalami radang sendi pada jari dan pergelangan tangan, serta lutut selama satu bulan.

Dilansir dari CDC, pada kasus khusus, rubella dapat menyebabkan infeksi telinga tau radang otak.

Sedangkan bagi bayi dalam kandungan, berisiko mengalami sindrom rubella kongenital.

Hal ini menimbulkan satu atau beberapa masalah lain, seperti:

  • pertumbuhan yang lambat
  • katarak
  • kehilangan pendengaran dan penglihatan
  • cacat jantung bawaan
  • cacat pada organ lain
  • cacat intelektual

Perawatan

Tidak ada pengobatan untuk mempercepat masa inkubasi rubella. Gejalanya pun sering kali ringan dan tidak memerlukan pengobatan khusus.

Namun dalam masa inkubasi virus, dokter biasanya menyarankan bagi penderita untuk isolasi dari orang lain.

Baca juga: Anak Terkena Campak, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Lakukan tindakan di bawah ini untuk meredakan gejala selama isolasi:

  1. Mengonsumsi paracetamol
  2. Istirahat cukup
  3. Meminum air hangat dengan campuran lemon dan madu
  4. Banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi

Bagi ibu hamil yang memilih melanjutkan kehamilan, dokter biasanya memberikan antibodi yang disebut hyperimmune globulin.

Pengobatan tersebut untuk meredakan gejala yang dirasakan ibu hamil. Meskipun demikian, bayi masih berisiko terkena sindrom rubella kongenital.

Pencegahan

Pemerintah memberikan vaksin MMR (campak - gondongan - rubella) sebagai upaya mencegah infeksi virus rubella pada warganya.

Vaksinasi dilakukan dua kali, yakni saat anak usia antara 12 sampai 15 bulan, dan kembali dilakukan pada usia sekitar 5 sampai 6 tahun.

Seseorang juga dapat melakukan vaksinasi kembali ketika akan berkunjung ke tempat yang endemik rubella.

Beberapa tindakan di bawah ini dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terkena penyakit rubella:

Baca juga: 7 Penyakit dengan Gejala Demam Disertai Bintik Merah Selain Campak

  1. Menjaga kebersihan diri
  2. Rutin mandi dan mencuci tangan dengan sabun
  3. Menghindari kontak langsung dengan penderita rubella
  4. Mengisolasi penderita rubella dalam ruangan atau rumah yang terpisah dengan anggota keluarga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com