Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2021, 14:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sindrom mielodisplasia atau myelodysplastic syndrome (MDS) adalah gangguan yang disebabkan oleh sel darah yang tidak terbentuk dengan baik.

Kondisi ini terjadi ketika sumsum tulang mengalami gangguan.

Hal ini menyebabkan penurunan sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit dalam tubuh.

Sindrom ini juga dikategorikan sebagai kanker darah menurut American Cancer Society.

Baca juga: Leukemia (Kanker Darah): Gejala, Penyebab, Jenis, Pengobatan

Secara umum, sindrom mielodisplasia menyerang lansia berusia 65 tahun ke atas.

Penyebab

Pada orang yang sehat, sumsum tulang berfungsi mematangkan sel darah baru.

Sindrom mielodisplasia terjadi ketika ada sesuatu yang mengganggu proses tersebut sehingga sel darah tidak matang.

Penyebab pasti terjadinya kondisi ini belum diketahui pasti.

Tetapi ada beberapa hal yang meningkatkan risiko terjangkit penyakit tersebut, di antaranya:

  • Lansia
  • Pernah melakukan pengobatan dengan kemoterapi
  • Pernah melakukan pengobatan dengan terapi radiasi
  • Terpapar bahan kimia dan zat tertentu untuk waktu yang lama

Adapun bahan kimia yang dapat meningkatkan risiko adalah:

  • Asap tembakau
  • Pestisida
  • Pupuk
  • Pelarut seperti benzena
  • Logam berat seperti merkuri dan timbal

Baca juga: Memahami Hubungan Anemia dan Kanker

Gejala

Pada beberapa kasus, penderita sindrom mielodisplasia tidak mengalami tanda dan gejala apapun pada awalnya.

Namun seiring waktu, melansir Mayo Clinic sindrom mielodisplasia dapat menyebabkan:

  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Pucat, yang terjadi karena jumlah sel darah merah yang rendah (anemia)
  • Memar atau pendarahan yang tidak biasa, terjadi karena jumlah trombosit darah yang rendah (trombositopenia)
  • Bintik-bintik merah tepat di bawah kulit yang disebabkan oleh pendarahan (petechiae)
  • Infeksi, terjadi karena jumlah sel darah putih yang rendah (leukopenia)

Diagnosis

Segera hubungi dokter ketika merasakan gejala di atas.

Terutama bagi pengidap yang merupakan bagian dari kelompok berisiko.

Untuk mendiagnosis sindrom mielodisplasia, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat masalah kesehatan lainnya.

Melansir WebMD, dokter akan melakukan cara berikut untuk melakukan diagnosis:

Baca juga: Kenali Dampak Kanker terhadap Kehamilan

  • Melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa kemungkinan penyebab lain dari gejala
  • Mengambil sampel darah untuk menghitung berbagai jenis sel
  • Mengambil sampel sumsum tulang untuk dianalisis. Tenaga kesehatan akan memasukkan jarum khusus ke tulang pinggul atau tulang dada untuk mengeluarkan sampel
  • Menganalisis sel genetik dari sumsum tulang.

Perawatan

Jika pasien tidak memiliki gejala, pengobatan biasanya tidak diperlukan.

Sebagai gantinya, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan rutin dan tes laboratorium untuk memantau kondisi penyakit.

Hingga kini belum ada obat untuk mengobati sindrom mielodisplasia. Tetapi, beberapa obat dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit.

Berdasarkan keterangan Healthline, beberapa perawatan yang umumnya dilakukan di antaranya:’

  • Transfusi darah

Transfusi darah dengan sel darah sehat dari donor dapat digunakan untuk menggantikan sel darah merah dan trombosit pengidap sindrom mielodisplasia.

  • Obat-obatan

Obat yang diresepkan dokter pada kasus ini berguna untuk mengatasi infeksi, menekan sistem kekebalan tubuh, atau merangsang pematangan sel darah.

Obat-obatan tersebut antara lain:

Baca juga: 12 Makanan untuk Mencegah Kanker

  1. Epoetin alfa
  2. Darbepoetin alfa
  3. Filgrastim
  4. Lenalidomide
  5. Decitabine
  6. Antibiotik
  • Transplantasi sumsum tulang

Metode ini merupakan pilihan pengobatan yang menawarkan potensi penyembuhan paling tinggi untuk sindrom mielodisplasia.

Sayangnya, perawatan ini membawa risiko tinggi pada komplikasi serius.

Oleh karena itu, metode ini harus dilakukan dengan pemeriksaan mendalam terlebih dahulu oleh dokter

Komplikasi

Komplikasi sindrom mielodisplasia meliputi:

  • Anemia
  • Infeksi berulang. Memiliki terlalu sedikit sel darah putih meningkatkan risiko infeksi serius.
  • Pendarahan yang tidak berhenti. Kekurangan trombosit dalam darah untuk menghentikan pendarahan dapat menyebabkan pendarahan yang berlebihan.
  • Peningkatan risiko kanker. Beberapa orang dengan sindrom mielodisplasia mungkin akhirnya mengembangkan kanker sumsum tulang dan sel darah (leukemia).

Baca juga: 13 Gejala Awal Kanker Sesuai Jenisnya

Pencegahan

Belum ada cara pasti untuk mencegah sindrom mielodisplasia.

Tetapi menurut American Cancer Society, menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari paparan radiasi atau bahan kimia tertentu dapat menurunkan risiko terkena penyakit ini.

Adapun jika lingkungan atau pekerjaan membuat paparan bahan kimia tidak terhindarkan, hal yang paling mungkin dilakukan untuk melakukan pencegahan adalah dengan:

  • Mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer sebelum mempersiapkan makanan dan sebelum makan
  • Menghindari konsumsi makanan mentah, termasuk buah dan sayuran yang tidak bisa dikupas
  • Menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau