Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/11/2021, 10:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mata merah tidak hanya sekadar iritasi mata saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Salah satunya adalah uveitis.

Uveitis merupakan peradangan yang terjadi pada lapisan tengah bagian dalam mata yang disebut uvea.

Uvea terdiri dari iris, koroid, dan badan siliar, yaitu jaringan ikat antara iris dan koroid. Uvea menjadi lapisan yang berada di antara lapisan sklera dan retina.

Baca juga: 3 Cara Mudah Mengatasi Mata Merah

Uvea memiliki banyak pembuluh darah dan arteri yang mengedarkan darah dan nutrisi ke bagian lain pada mata.

Maka dari itu, uveitis dapat merusak jaringan mata dan memengaruhi kualitas penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan permanen.

Jenis

Mengutip Healthline, terdapat beberapa jenis uveitis yang diklasifikasikan berdasarkan lokasi peradangan, yaitu:

  1. Uveitis pada uvea bagian depan atau anterior uveitis
    Kondisi ini merupakan jenis uveitis yang paling ringan dan sering disebut sebagai iritis karena peradangan terjadi pada bagian iris
  2. Uveitis pada uvea bagian tengah atau intermediate uveitis
    Peradangan terjadi di antara iris dan koroid
  3. Uveitis pada uvea bagian belakang atau posterior uveitis
    Kondisi ini juga dapat disebut sebagai koroiditis karena peradangan terjadi pada bagian koroid
  4. Uveitis pada seluruh bagian uvea atau panuveitis
    Merupakan kondisi ketika peradangan terjadi pada seluruh lapisan uvea.

Gejala

Merangkum Medical News Today dan National Health Service, uveitis dapat ditandai dengan beberapa gejala berikut:

  • Mata terasa sakit
  • Mata merah
  • Fotofobia, yaitu mata menjadi sensitif terhadap cahaya
  • Penglihatan kabur dan kurang jelas
  • Terdapat bercak gelap yang mengambang di dalam lapang pandang atau floaters
  • Penurunan fungsi penglihatan
  • Sakit kepala

Baca juga: Waspadai, Mata Merah Bisa Jadi Gejala Covid-19

Gejala uveitis dapat muncul secara tiba-tiba atau bertahap dalam beberapa hari. Uveitis dapat terjadi pada salah satu mata maupun kedua mata.

Penyebab

Dirangkum dari American Academy of Ophthalmology dan National Health Service, penyebab uveitis masih tidak diketahui secara pasti. Bahkan, uveitis juga menyerang orang sehat.

Namun, sebagian besar kasus uveitis diduga disebabkan oleh gangguan autoimun di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan sehat.

Beberapa penyakit autoimun yang diduga dapat menyebabkan uveitis, meliputi:

  • Ankylosing spondylitis, yaitu peradangan sendi pada tulang belakang
  • Rheumatoid arthritis, yaitu peradangan sendi akibat gangguan autoimun
  • Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD), seperti kolitis ulseratif dan Crohn’s Disease
  • Psoriasis atau peradangan kulit
  • Multiple sclerosis, yaitu gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang
  • Sarkoidosis, yaitu kondisi langka yang menyebabkan peradangan di berbagai bagian tubuh, seperti paru-paru, kulit, dan mata
  • Juvenile idiopathic arthritis, yaitu radang sendi (arthritis) yang umumnya menyerang anak usia 16 tahun ke bawah.

Selain karena penyakit autoimun, uveitis diduga juga dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di dalam tubuh, seperti:

  • Toksoplasmosis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplasma gondii
  • Herpes
  • Tuberkulosis
  • HIV
  • Sifilis
  • Penyakit Lyme, yaitu penyakit akibat infeksi bakteri yang ditularkan melalui gigitan kutu.

Baca juga: 4 Penyebab Mata Merah dan Cara Menghilangkannya

Faktor risiko

Dirangkum dari All About Vision dan National Health Service, beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan risiko mengalami uveitis.

Hal ini dikarenakan asap rokok mengandung senyawa yang dapat memicu peradangan di dalam pembuluh darah.

Asap rokok juga dapat menyebabkan gangguan sistem kekebalan (autoimun) yang memicu uveitis

Selain itu, terdapat beberapa kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko mengalami penyakit ini, yaitu:

  1. Cedera atau trauma pada mata
  2. Memiliki riwayat melakukan operasi mata
  3. Paparan racun pada mata
  4. Salah satu jenis kanker, seperti limfoma
  5. Gen HLA-B27, meskipun uveitis tidak diturunkan dari anggota keluarga, tetapi gen HLA-B27 diduga berkaitan dengan munculnya anterior uveitis.

Diagnosis

Menurut Cleveland Clinic, terdapat beberapa metode pemeriksaan mata yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis uveitis, yaitu:

  1. Tes ketajaman mata dan respons pupil terhadap cahaya, untuk mengetahui daya lihat penderita
  2. Tonometri, untuk mengukur tekanan di dalam bola mata
  3. Pemeriksaan slit lamp, untuk melihat sel-sel peradangan pada bagian depan
  4. Tes darah, untuk mengetahui gen yang bermutasi dan infeksi yang menyebabkan uveitis
  5. Tes pemindaian, seperti CT scan atau MRI
  6. Angiografi mata, untuk melihat peradangan pada pembuluh darah di mata
  7. Gonioskopi, untuk memeriksa bagian depan mata yang berfungsi sebagai tempat keluar cairan dari bola mata, yang disebut drainage angle
  8. Optical coherence tomography (OCT) atau pencitraan fotografi mata, pemeriksaan ini untuk melihat peradangan di bagian belakang mata, seperti retina.

Baca juga: 5 Cara Mengatasi Mata Merah sesuai Penyebabnya

Perawatan

Dikutip dari Mayo Clinic, penanganan uveitis bertujuan untuk mengurangi peradangan di mata dan bagian tubuh lain yang mungkin terpengaruh.

Berikut beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi uveitis:

  • Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk mengobati uveitis, meliputi:

  1. Kortikosteroid
    Dokter dapat memberikan kortikosteroid dalam bentuk tetes mata, injeksi atau suntikan, dan tablet atau kapsul kortikosteroid untuk mengurangi peradangan
  2. Obat tetes mata midriatik
    Pada penderita anterior uveitis, dokter mungkin akan memberikan obat ini untuk memperlebar pupil dan menenangkan otot mata yang kaku
  3. Pengobatan terhadap infeksi
    Jika uveitis disebabkan oleh infeksi, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik, obat antivirus atau obat lain yang dapat membantu melawan infeksi
  4. Obat imunosupresif
    Obat ini biasanya diberikan jika uveitis menyerang kedua mata, atau uveitis tidak sembuh dengan kortikosteroid, atau uveitis yang semakin parah
  • Operasi

Prosedur operasi mungkin diperlukan jika gejala uveitis semakin parah atau metode penanganan lain tidak efektif menyembuhkan uveitis.

Berikut beberapa prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi uveitis:

Baca juga: Benarkah Mata Merah Bisa Jadi Gejala Covid-19?

  1. Vitrektomi, yaitu prosedur bedah untuk mengeluarkan cairan vitreus pada mata
  2. Operasi penanaman alat pelepas obat, dokter akan menanam alat khusus pada mata untuk menyalurkan obat kortikosteroid secara perlahan ke dalam mata.

Prosedur operasi penanaman alat pelepas obat biasanya dilakukan pada penderita posterior uveitis yang sulit diobati.

Prosedur ini umumnya berlangsung selama dua sampai tiga tahun, tetapi lama pengobatan uveitis bergantung pada jenis dan tingkat keparahan uveitis yang diderita.

Komplikasi

Merangkum dari Medical News Today dan PatientInfo, uveitis yang tidak mendapatkan penanganan medis dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berikut:

  • Glaukoma atau tekanan tinggi pada mata
  • Katarak, yaitu munculnya bayangan atau jaringan pada lensa mata sehingga pandangan tampak berkabut
  • Edema makula kistoid, yaitu pembengkakan yang terjadi pada retina
  • Ablasi retina, yaitu lepasnya retina dari lapisan pembuluh darah di bawahnya
  • Sinekia posterior, yaitu peradangan yang menyebabkan iris melekat pada lensa mata
  • Kehilangan penglihatan.

Pencegahan

Dikutip dari Cleveland Clinic, masih tidak ada cara yang efektif untuk mencegah uveitis, terlebih kondisi ini masih tidak diketahui secara pasti penyebabnya.

Namun, menjaga kesehatan mata yang baik dan berhenti merokok dapat membantu mengurangi risiko mengalami uveitis.

Selain itu, seseorang yang mengidap penyakit autoimun, infeksi, atau kondisi kesehatan lain yang dapat memicu uveitis perlu mendapat penanganan agar dapat mendeteksi dini uveitis.

Baca juga: Konjungtivis (Mata Merah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau