Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2021, 12:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pika adalah gangguan makan pada seseorang yang mengkonsumsi sesuatu yang biasanya tidak dianggap sebagai makanan dan tidak mengandung nilai gizi, seperti rambut, kotoran, dan serpihan cat.

Gangguan yang bersifat sementara ini ini umum terjadi pada anak-anak dan ibu hamil.

Segera temui dokter jika tidak dapat menahan diri makan makanan yang bukan makanan.

Baca juga: Gangguan Makan: Penyebab dan Jenisnya

Perawatan dapat membantu mencegah efek samping (seperti keracunan) yang dapat berpotensi serius.

Selain itu, pika juga dapat terjadi pada orang dengan cacat intelektual. Ini seringkali terjadi lebih parah dan tahan lama pada orang yang mengidap cacat perkembangan parah.

Gejala

Orang dengan pika akan mengkonsumsi sesuatu yang bukan makanan secara teratur.

Perilaku harus berlanjut selama setidaknya satu bulan untuk dapat didiagnosis sebagai pika.

Beberapa benda yang mungkin dimakan, yaitu:

  • es batu
  • sabun mandi
  • kancing
  • rambut
  • tanah liat
  • kotoran
  • pasir
  • puntung rokok
  • abu rokok
  • cat
  • lem
  • kapur
  • dan berbagai benda lainnya.

Baca juga: Gejala Bulimia, Gangguan Makan Karena Takut Gemuk

Penyebab

Tidak ada penyebab pasti pada pika. Dalam beberapa kasus, penyebabnya dapat meliputi kekurangan zat besi, seng, atau nutrisi lain yang dapat dikaitkan dengan pika.

Sebagai contoh, anemia dapat terjadi akibat kekurangan zat besi, bisa menjadi penyebab pika pada wanita hamil.

Ibu hamil yang mengidam merupakan tanda bahwa tubuh tengah mencoba untuk mengisi kembali tingkat nutrisi yang rendah.

Selain itu, orang dengan kondisi kesehatan mental tertentu, seperti skizofrenia dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dapat mengembangkan pika sebagai mekanisme penanganan.

Orang dengan pika juga mungkin menyukai tekstur atau rasa dari benda bukan makanan yang dikonsumsi tersebut.

Dalam beberapa kultur tertentu, makan tanah liat merupakan sesuatu yang lazim. Pika jenis ini disebut geofagia.

Beberapa hal lain yang dapat menjadi penyebab pika mencakup diet dan kekurangan gizi. Benda non-makanan yang dikonsumsi dapat membantu penderitanya merasa kenyang.

Diagnosis

Dibutuhkan evaluasi medis pada seseorang yang diduga mengalami pika untuk melihat adanya kemungkinan anemia, penyumbatan usus, atau potensi toksisitas dari zat yang tertelan.

Jika ada gejala yang timbul, dokter akan melakukan riwayat medis yang lengkap dan pemeriksaan fisik.

Baca juga: 3 Cara Mengatasi Anoreksia Nervosa, Gangguan Makan Serius yang Perlu Diwaspadai

Beberapa tes yang mungkin dilakukan, yaitu:

  • sinar-X
  • tes darah.

Dokter juga mungkin akan melihat adanya kemungkinan infeksi akibat benda yang terkontaminasi bakteri atau organisme lain.

Sebelum membuat diagnosis, dokter juga akan melakukan evaluasi jika ada gangguan lain, seperti cacat intelektual, cacat perkembangan, atau gangguan obsesif-kompulsif sebagai penyebab perilaku makan yang aneh.

Pola perilaku ini harus berlangsung setidaknya selama satu bulan.

Perawatan

Mengingat komplikasi medis (seperti keracunan timbal) yang terkait dengan pika, pemantauan medis yang ketat diperlukan selama pengobatan perilaku makan.

Selain itu, kolaborasi erat dengan tim kesehatan mental yang ahli dalam merawat pica sangat ideal untuk perawatan optimal kasus kompleks seperti ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com