Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/12/2021, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan fungsi organ hati akibat penyakit atau kondisi lain akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat-zat racun dari dalam tubuh.

Hal ini dikarenakan hati tidak lagi mampu untuk menghancurkan racun atau zat berbahaya sehingga zat-zat berbahaya tersebut akan terkumpul di dalam aliran darah.

Penumpukan racun di dalam aliran darah dapat menyebar hingga ke otak yang akan menyebabkan gangguan fungsi otak, yaitu ensefalopati hepatik.

Baca juga: Ensefalopati

Ensefalopati hepatik merupakan penurunan fungsi otak yang terjadi ketika hati tidak lagi mampu mengeluarkan zat-zat racun dari dalam tubuh akibat penyakit hati.

Ensefalopati hepatik dapat terjadi secara perlahan seiring berjalannya waktu ataupun berkembang dengan cepat.

Kondisi ini menyebabkan gangguan kognitif, seperti perubahan kepribadian, gangguan intelektual, gangguan memori, bahkan hilangnya kesadaran atau koma.

Stadium

Menurut American Liver Foundation, ensefalopati hepatik memiliki lima stadium atau derajat keparahan, yaitu:

  1. Tahap 0
    Merupakan tahap yang sangat sulit dideteksi karena menimbulkan gejala minimal sehingga tidak terasa secara fisik
  2. Tahap 1
    Pada tahap ini penderita mungkin merasakan gejala ringan, seperti sifat yang mudah marah dan gangguan tidur
  3. Tahap 2
    Tahap ini ditandai dengan gejala, seperti mudah lupa, tubuh terasa lemas atau lemah, sulit menulis, dan bicara yang tidak jelas
  4. Tahap 3
    Tahapan ini ditandai dengan perasaan cemas, rasa kantuk yang ekstrem, dan disorientasi
  5. Tahap 4
    Merupakan tahap paling parah yang menyebabkan penderita mengalami penurunan kesadaran atau koma.

Baca juga: Mengenal Gejala Ensefalitis, Peradangan Akut pada Otak

Gejala

Melansir American Liver Foundation, gejala ensefalopati hepatik tergantung pada stadium sehingga setiap penderita dapat merasakan gejala yang berbeda.

Kasus ringan

Pada kasus yang ringan hingga sedang, kondisi ini dapat memengaruhi perubahan mental dan fisik, seperti:

  • Perubahan mental:
    1. Sulit berkonsentrasi
    2. Melupakan sesuatu
    3. Suasana hati yang berubah-ubah
    4. Perubahan kepribadian, seperti melakukan hal aneh atau tidak biasa.
  • Perubahan fisik:
    1. Kebingungan
    2. Perubahan pola tidur, seperti tidur di siang hari dan begadang di malam hari
    3. Kesulitan untuk melakukan gerakan tangan ringan, seperti menulis
    4. Bau mulut tidak sedap
    5. Gangguan bicara, seperti bicara cadel.

Kasus parah

Sedangkan pada kasus yang lebih parah, kondisi ini akan menimbulkan beberapa gejala berikut:

Baca juga: Ensefalitis Virus

  • Perubahan mental:
    1. Kebingungan atau linglung
    2. Merasa sangat cemas atau takut
    3. Disorientasi, yaitu perubahan kondisi mental yang menyebabkan penderita bingung dengan identitas dirinya, lokasi dan waktu dirinya berada.
  • Perubahan fisik:
    1. Rasa kantuk yang ekstrem dan menyebabkan seseorang tertidur secara tiba-tiba
    2. Gerakan lambat
    3. Tremor, yaitu munculnya gerakan gemetar yang tidak terkendali pada tangan atau lengan
    4. Bicara melantur dan sulit untuk dipahami orang lain.

Namun, pada kasus yang paling parah kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kesadaran dan sulit dibangunkan atau koma.

Penyebab

Merangkum WebMD dan Healthline, penyebab ensefalopati hepatik belum diketahui secara pasti.

Namun, kondisi ini umumnya dipicu oleh penumpukan zat racun di dalam aliran darah yang dapat terjadi akibat fungsi hati yang terganggu.

Terganggunya fungsi hati menyebabkan hati tidak dapat menyaring semua zat racun sehingga zat racun tersebut menumpuk di dalam aliran darah.

Pada akhirnya, penumpukan zat racun akan menyebabkan kerusakan pada organ dan saraf yang lain.

Baca juga: 11 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Hati

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan ensefalopati hepatik, yaitu:

  1. Infeksi pada organ hati
  2. Hepatitis kronis
  3. Sindrom Reye, yaitu kondisi serius yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati dan otak
  4. Menjalani operasi atau pemasangan shunt pada hati
  5. Sirosis, yaitu rusaknya organ hati akibat terbentuknya jaringan parut 
  6. Gangguan pada ginjal
  7. Hipoksia, yaitu rendahnya kadar oksigen pada sel dan jaringan sehingga sel dan jaringan yang ada di dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan normal
  8. Obat-obatan tertentu, seperti imunosupresan dan obat penenang atau sedatif.

Faktor risiko

Dirangkum dari WebMD dan Cleveland Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami ensefalopati hepatik, seperti:

  • Konsumsi alkohol secara berlebihan
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat tidur, antidepresan, pereda nyeri, atau diuretik
  • Sembelit atau sulit buang air besar dalam waktu yang lama
  • Dehidrasi
  • Gangguan elektrolit atau ketidakseimbangan kadar elektrolit
  • Perdarahan pada saluran pencernaan, seperti pada usus, perut, atau kerongkongan (esofagus)
  • Mengonsumsi makanan tinggi protein.

Baca juga: Memahami Kaitan Kolesterol Tinggi dan Kesehatan Hati

Diagnosis

Dilansir dari Healthline, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ensefalopati hepatik adalah:

  • Tes darah

Dokter akan melakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengukur jumlah sel-sel darah secara lengkap, meliputi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Jumlah sel darah merah yang rendah menunjukkan bahwa penderita mengalami anemia (kurang darah) atau kadar oksigen dalam darah rendah.

Selain itu, tes darah juga dilakukan untuk mengukur kadar natrium, kalium, dan amonia dalam darah yang menjadi tanda dari gangguan fungsi hati.

  • Tes pencitraan

Pemeriksaan radiologi, seperti CT scan atau MRI dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi kepala secara keseluruhan.

Pemeriksaan radiologi juga diperlukan untuk mendeteksi beberapa kondisi berikut:

  1. penyumbatan darah di dalam otak
  2. perdarahan dalam kepala, termasuk di dalam otak
  3. kelainan atau gangguan pada otak.
  • Tes fungsi hati

Merupakan tes darah yang digunakan untuk menilai kondisi kesehatan organ hati dengan mengukur kadar enzim.

Kadar enzim yang meningkat dapat menunjukkan bahwa terjadi kerusakan atau gangguan fungsi hati.

Baca juga: 4 Tanda Awal Penyakit Hati yang Disebabkan oleh Alkohol

Perawatan

Merangkum WebMD dan Cleveland Clinic, penanganan ensefalopati hepatik cukup bervariasi karena disesuaikan dengan gejala dan kondisi penderita secara keseluruhan.

Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:

  • Obat-obatan

Terdapat dua jenis obat yang dapat mengurangi zat beracun dari dalam tubuh penderita, yaitu:

  1. Laktulosa
    Merupakan obat yang mengandung gula yang dapat memperlancar buang air besar untuk membuang zat beracun dari dalam tubuh penderita
  2. Antibiotik
    Neomisin dan rifaximin dapat diberikan untuk membunuh atau menghentikan pertumbuhan infeksi bakteri yang menghasilkan zat beracun.
  • Perubahan gaya hidup

Selain memberikan obat-obatan, dokter mungkin juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk meredakan gejala yang dirasakan penderita, seperti:

    • Mengubah pola makan, seperti:
      1. Batasi konsumsi daging karena mengandung kadar amonia yang tinggi
      2. Konsumsi sayur dan produk hewani, seperti telur dan susu sebagai sumber protein selain daging
      3. Makan dalam porsi kecil, tetapi sering
    • Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol karena dapat menyebabkan kerusakan organ hati
    • Lakukan penanganan untuk mengobati infeksi atau kondisi yang dapat memicu ensefalopati hepatik, seperti sembelit atau konstipasi
    • Berhenti mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penenang atau golongan sedatif yang dapat merusak organ hati.

Komplikasi

Mengutip Healthline, beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat ensefalopati hepatik meliputi:

Baca juga: 10 Gejala Penyakit Hati yang Perlu Diwaspadai

  1. Herniasi otak, yaitu bergeserja jaringan dan cairan otak dari posisinya sehingga mendesak atau menekan area di sekitarnya
  2. Pembengkakan otak, yaitu membesarnya ukuran otak akibat terjadi kerusakan pada jaringan otak
  3. Kegagalan organ.

Pencegahan

Dirangkum dari Healthline dan ClevelandClinic, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini, antara lain:

  1. Hindari konsumsi alkohol secara berlebihan
  2. Hindari makanan tinggi lemak
  3. Jaga berat badan tetap sehat dan ideal
  4. Jangan berbagi jarum bersama dengan orang lain
  5. Hindari obat-obatan yang memengaruhi sistem saraf, seperti obat tidur dan antidepresan
  6. Makan makanan sehat dan bergizi
  7. Rutin berolahraga
  8. Konsumsi obat sesuai resep dan anjuran dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau