Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/01/2022, 19:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sindrom kaki gelisah atau penyakit Willis-Ekbom adalah gangguan tidur yang menyebabkan dorongan kuat dan tak tertahankan untuk menggerakkan kaki (atau bahkan lengan dan tubuh).

Aksi ini dapat terjadi secara bersamaan dengan sensasi lain di anggota tubuh yang dideskripsikan seolah terdapat tarikan, sesuatu yang merayap, berdenyut, gatal, sakit, terbakar, atau merangkak.

Sensasi ini dapat terjadi saat berbaring di tempat tidur atau duduk dalam satu posisi yang sama untuk terlalu lama.

Baca juga: Sindrom Kaki Gelisah: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Kondisi ini umumnya terjadi di malam hari, menyebabkan penderitanya sulit untuk tertidur.

Gejala

Gejala utama dari sindrom kaki gelisah adalah keinginan yang tidak tertahankan untuk menggerakkan kaki.

Sensasi yang timbul akan terasa lebih buruk menjelang malam atau malam hari. Terkadang, lengan juga dapat terpengaruh.

Sindrom kaki gelisah ini juga dikaitkan dengan gerakan kaki dan lengan yang tidak disengaja. Kondisi ini dikenal sebagai gerakan tungkai periodik dalam tidur (PLMS).

Beberapa orang dapat memiliki gejala sindrom ini beberapa kali, tapi terdapat kasus di mana seseorang mengalami gejala setiap hari.

Gejala yang timbul juga dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Dalam kasus yang parah, sindrom kaki gelisah dapat sangat mengganggu aktivitas keseharian dan memengaruhi kualitas hidup.

Gejala lain yang dapat timbul, yaitu:

  • mengalami kesulitan tidur di malam hari
  • rasa kantuk di siang hari
  • kelelahan.

Orang dengan sindrom kaki gelisah juga sering menggunakan berbagai cara untuk meredakan gejala yang timbul, seperti mondar-mandir atau berguling di tempat tidur.

Baca juga: Mengenal 5 Gangguan Tidur pada Manusia

Penyebab

Sindrom kaki gelisah ditemukan bersifat genetik dalam beberapa kasus. Hal ini berarti sindrom kaki gelisah dapat diturunkan dari orang tua ke anak-anak mereka.

Melansir Cleveland, hingga 92 persen orang dengan sindrom kaki gelisah memiliki kerabat tingkat pertama dengan gangguan tersebut.

Sindrom ini juga umumnya terjadi pada orang berusia di bawah 45 tahun jika dibandingkan dengan kasus tanpa hubungan genetik.

Beberapa masalah medis lain yang berkaitan erat dengan perkembangan sindrom kaki gelisah, yaitu:

  • rendahnya kadar zat besi (defisiensi zat besi)
  • uremia (kondisi yang berhubungan dengan memburuknya fungsi ginjal)
  • hipotiroidisme
  • depresi
  • fibromialgia
  • penyakit parkinson
  • penyakit ginjal
  • diabetes
  • reumatoid artritis
  • neuropati perifer
  • kehamilan
  • dialisis.

Selain itu, obat-obatan juga dapat berperan dalam berkembangnya sindrom ini. Obat seperti ini termasuk ke dalam:

Baca juga: Gangguan Tidur

  • antidepresan
  • obat alergi
  • obat antimual.

Kafein, nikotin, dan alkohol juga dapat memperburuk gejala.

Diagnosis

Dokter akan bertanya terkait riwayat kesehatan pasien dan meminta deskripsi gejala yang dialami.

Diagnosis sindrom kaki gelisah dilakukan berdasarkan kriteria berikut:

  • memiliki dorongan yang kuat dan tidak tertahankan untuk menggerakkan kaki, biasanya disertai sensasi tidak nyaman
  • gejala memburuk saat beristirahat, seperti duduk atau berbaring
  • gejala dapat berkurang atau mereda dengan aktivitas seperti berjalan atau peregangan
  • gejala lebih buruk pada malam hari
  • gejala tidak dijelaskan oleh kondisi medis atau perilaku lainnya.

Perawatan

Dalam kasus ringan sindrom kaki gelisah, tidak dibutuhkan perawatan apapun selain melakukan beberapa perubahan gaya hidup.

Perubahan yang dimaksud, yaitu:

  • mengadopsi kebiasaan tidur yang baik (mengikuti pola tidur tertentu, menghindari alkohol dan kafein larut malam)
  • berhenti merokok
  • berolahraga secara teratur di siang hari
  • dibutuhkan obat untuk mengatur kadar dopamin dan zat besi dalam tubuh jika gejala lebih parah.

Baca juga: Sulit Tidur Nyenyak, Waspadai 5 Jenis Gangguan Tidur Ini

Lalu, jika sindrom kaki gelisah disebabkan oleh anemia defisiensi besi, suplemen zat besi mungkin diperlukan untuk meredakan gejala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com