KOMPAS.com - Disfungsi seksual adalah masalah yang dapat terjadi selama fase siklus respons seksual.
Gangguan ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan mengalami kepuasan dari aktivitas seksual.
Siklus respons seksual secara tradisional mencakup antisipasi, kebangkitan gairah, orgasme, dan resolusi.
Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Kepuasan Hubungan Suami Istri
Hasrat dan gairah kedua pihak merupakan bagian dari fase antisipasi atau kegembiraan dari respon seksual.
Melansir Cleveland, wanita tidak selalu melalui fase-fase ini secara berurutan.
Penelitian menunjukkan bahwa disfungsi seksual merupakan hal lumrah, tapi banyak orang tidak suka membicarakannya.
Gejala
Gejala disfungsi seksual dapat bergantung pada jenis disfungsi seksual yang dialam.
- Hasrat seksual rendah: biasanya terjadi pada wanita, melibatkan kurangnya minat seksual dan keinginan melakukan hubungan seksual.
- Gangguan gairah seksual: terdapat keinginan berhubungan seks, tapi kesulitan dengan gairah atau tidak mampu tetap terangsang atau memertahankan keinginan tersebut selama berhubungan seks
- Gangguan orgasme: mengalami kesulitan yang terus-menerus atau berulang dalam mencapai orgasme setelah gairah seksual yang cukup dan stimulasi yang berkelanjutan
- Gangguan nyeri seksual: memiliki rasa sakit yang hubungan dengan rangsangan seksual atau kontak vagina.
Penyebab
Beberapa penyebab yang dapat memengaruhi aktivitas seksual seseorang, yaitu:
- trauma seksual
- masalah psikologis
- permasalahan hubungan
- perasaan bersalah
- kekhawatiran terhadap citra tubuh.
Baca juga: 6 Jenis Makanan yang Bantu Tingkatkan Kepuasan Seksual
Selain itu, terdapat banyak kondisi fisik dan/atau medis dapat menyebabkan masalah dengan fungsi seksual seseorang.
Kondisi ini termasuk:
- diabetes
- penyakit jantung dan pembuluh darah
- gangguan neurologis
- ketidakseimbangan hormon
- penyakit kronis seperti gagal ginjal atau hati
- alkoholisme dan penggunaan obat, seperti antidepresan.
Diagnosis
Dalam kebanyakan kasus, seseorang dapat mengetahui apa yang menghambat aktivitas seksual.
Dokter biasanya akan memulai dengan riwayat lengkap gejala dan pemeriksaan fisik.
Beberapa tes diagnostik mungkin dipesan untuk menyingkirkan kemungkinan masalah medis yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya disfungsi seksual tersebut.
Evaluasi psikologis dan pandangan terkait seks, juga berbagai faktor lain yang mungkin berkontribusi, seperti:
- ketakutan
- kecemasan
- trauma atau penyalahgunaan seksual di masa lalu
- masalah hubungan
- obat-obatan
- Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
- dan masih banyak lagi.
Baca juga: Diabetes Pengaruhi Kepuasan Seks, Begini Solusinya
Dapat membantu dokter dalam memahami penyebab yang mendasari gangguan dan merekomendasikan penanganan yang tepat.
Perawatan
Penanganan dapat bergantung pada penyebab yang mendasari terjadinya gangguan.
Beberapa perawatan medis yang dapat membantu disfungsi seksual, termasuk:
- obat peningkat libido rendah (keinginan untuk berhubungan seks)
- latihan kegel untuk memperkuat otot panggul demi mencapai orgasme yang lebih baik
- obat antiinflamasi yang harus diminum sebelum berhubungan seksual untuk mengurangi rasa sakit.
Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengalaman intim dengan pasangan, termasuk:
- komunikasi lebih terbuka dengan satu sama lain untuk mengetahui apa yang diinginkan dan dihindari
- meningkatkan keintiman dengan pasangan berdasarkan bahasa kasih yang dimiliki
- kebiasaan sehat, membatasi konsumsi alkohol, berolahraga, dan makan makanan sehat
- terapi atau konseling untuk membantu mengelola stres atau kecemasan, juga mengatasi perasaan takut atau malu sehubungan dengan seks
- menggunakan pelumas vagina untuk mengurangi rasa sakit saat berhubungan seks
- menggunakan bantuan alat seperti vibrator dan alat lain untuk meningkatkan gairah
- teknik untuk mengurangi gangguan dan lebih menikmati hubungan seks.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.