Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/05/2022, 10:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sindrom Asperger (AS) adalah salah satu jenis autisme. 

Sindrom ini ditandai dengan kesulitan sosial dan komunikasi serta pola perilaku yang berulang atau membatasi.

Sindrom Asperger dulunya merupakan kondisi yang berdiri sendiri, tetapi pada tahun 2013, ia dimasukkan ke dalam kategori gangguan spektrum autisme (ASD) dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5 (DSM-5).

Baca juga: 8 Gejala Sindrom Asperger yang Khas

Seseorang dengan sindrom Asperger merasa lebih sulit untuk membaca sinyal sosial, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Kesulitan-kesulitan ini dapat menyebabkan kecemasan dan kebingungan.

Penyebab

Penyebab pasti sindrom Asperger tidak diketahui.

Kendati demikian, sindrom ini diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan yang menyebabkan perubahan dalam perkembangan otak.

Sindrom Asperger cenderung berjalan dalam keluarga, menunjukkan bahwa beberapa kasus mungkin turun temurun.

Beberapa peneliti juga menduga bahwa faktor lingkungan di awal kehamilan mungkin berdampak, tetapi para ahli belum mengonfirmasi hal ini.

Kelainan otak bisa terkait dengan sindrom Asperger.

Teknologi pencitraan otak telah mengidentifikasi perbedaan struktural dan fungsional di wilayah tertentu otak di antara pengidap sindrom ini.

Gejala

Tanda dan gejala sindrom Asperger sangat bervariasi.

Tanda-tanda awalnya dapat muncul pada tahun pertama kehidupan, seperti keterampilan motorik yang kurang terkoordinasi dan kecanggungan.

Baca juga: Apa itu Sindrom Asperger?

Gejala-gejala sindrom Asperger meliputi:

  • Ketertarikan yang terbatas dan berulang, misalnya, menjadi ahli dalam satu objek atau topik dengan mengesampingkan yang lainnya
  • Bicara formal atau berbeda, seperti kekurangan ritme atau intonasi
  • Perubahan mendadak dalam rutinitas yang dapat menyebabkan kesal atau cemas.
  • Isolasi sosial
  • Keterlambatan perkembangan motorik
  • Masalah dengan kedekatan
  • Sulit memahami ironi dan humor
  • Sulit berimajinasi.

Namun, kesulitan tersebut seringkali tidak disadari hingga tuntutan lingkungan terhadap mereka meningkat.

Hal ini dapat terjadi hingga akhir masa dewasa awal, ketika individu meninggalkan sekolah menengah untuk kuliah.

Topik berdasarkan logika, memori, dan sistem lebih menarik bagi pengidap sindrom Asperger.

Beberapa di antara mereka sangat terampil dalam matematika, ilmu komputer, dan musik.

Diagnosis

Tidak ada tes khusus untuk sindrom Asperger.

Tes fisik, seperti pendengaran, tes darah, atau rontgen dapat mengesampingkan kondisi lain dan menentukan apakah gangguan fisik yang menyebabkan gejala.

Diagnosis dini bisa sulit karena berbagai gejala, sehingga diagnosis yang akurat atau pengobatan yang tepat mungkin tidak terjadi sampai dewasa.

Baca juga: Punya Gejala Serupa, Apa Beda Sindrom Asperger dan Autisme?

Untuk mengevaluasi seorang anak, tim akan terdiri dari dokter anak dan spesialis lain, seperti psikolog.

Orang tua akan memberikan informasi tentang gejala dan tim medis juga dapat mempertimbangkan pengamatan dari guru.

Saat mendiagnosis orang dewasa, tim medis dapat meminta orang tua, pasangan, dan anggota keluarga dekat orang tersebut untuk mencari tahu tentang riwayat perkembangannya.

Perawatan

Berbagai terapi dapat membantu orang tersebut untuk menyesuaikan perilaku dan untuk mengatasi kecemasan. Hal ini dapat mengurangi risiko isolasi sosial.

Terapi untuk sindrom Asperger meliputi:

  • Dukungan pendidikan dan keterampilan akademik
  • Memperoleh keterampilan sosial yang tepat, misalnya, dengan belajar cara membaca dan menanggapi isyarat sosial
  • Pelatihan keterampilan komunikasi
  • Terapi perilaku kognitif (CBT)
  • Modifikasi perilaku
  • Terapi okupasi atau fisik
  • Obat-obatan untuk gejala seperti kecemasan
  • Diet khusus, seperti diet bebas gluten dan suplemen vitamin.

Melansir Medical News Today, dari tinjauan studi tentang terapi alternatif untuk ASD pada 2015 menunjukkan, anekdot, terapi musik, terapi integrasi sensorik, akupunktur, dan pijat dapat membantu menekan gejala sindroma Asperger.

Baca juga: 6 Tanda Awal Autisme pada Bayi yang Perlu Diketahui

Segera hubungi dokter jika melihat tanda dan gejala sindrom Asperger.

Komplikasi

Beberapa kemungkinan komplikasi sindrom Asperger meliputi:

  • Kesulitan sensorik, seperti merasakan kebisingan, cahaya terang, bau yang menyengat, tekstur makanan, dan bahan
  • Kecemasan
  • Depresi
  • Gangguan perhatian defisit hiperaktif (ADHD)
  • Gangguan tic seperti sindrom Tourette
  • Gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

Pencegahan

Karena penyebab pastinya belum diketahui, sindrom Asperger tidak bisa dicegah.

Meski demikian, diagnosis dan intervensi dini bisa sangat membantu dan dapat meningkatkan perilaku, keterampilan, dan perkembangan bahasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau