KOMPAS.com - Sindrom terowongan kubital adalah kondisi saat saraf ulnaris yang melewati terowongan kubital (terowongan otot, ligamen, dan tulang) di bagian dalam siku meradang, bengkak, dan teriritasi.
Sindrom terowongan kubital dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat mirip dengan rasa sakit yang dirasakan saat memukul tulang siku.
Tulang siku dilintasi oleh saraf ulnaris, saraf yang melintasi siku. Saraf ulnaris berawal di sisi leher dan berakhir di jari-jari.
Baca juga: Hati-Hati, Sering Pakai Ponsel Berisiko Alami Sindrom Carpal Tunnel
Gejala awal sindrom terowongan kubital meliputi:
Gejala yang lebih parah dari sindrom terowongan kubital, meliputi:
Sindrom terowongan kubital dapat terjadi saat seseorang sering menekuk siku (saat menarik, meraih, atau mengangkat), banyak bersandar pada siku, atau mengalami cedera pada area tersebut.
Selain itu, artritis, taji tulang, patah tulang, atau dislokasi siku juga dapat menjadi penyebab dari sindrom terowongan kubital.
Dalam banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
Jika Anda memiliki gejala-gejala ini, dokter mungkin mendiagnosis sindrom terowongan kubital hanya melalui pemeriksaan fisik.
Baca juga: Sindrom Terowongan Tarsal
Namun, dokter juga mungkin akan memesan studi konduksi saraf dan tes yang disebut elektromiografi (EMG).
EMG adalah prosedur yang melibatkan penempelan elektroda pada otot dan kulit untuk mengukur kesehatan otot dan sel saraf yang mengendalikannya.
Prosedur ini dapat memastikan diagnosis, mengidentifikasi area kerusakan saraf, dan menentukan tingkat keparahan kondisi.
Penanganan pertama adalah menghindari tindakan yang menimbulkan gejala, seperti:
Terapis tangan dapat membantu memberikan alternatif untuk menghindari tekanan pada saraf.
Dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada saraf.
Kondisi ini dapat melibatkan pelepasan saraf, menggerakkan saraf ke depan siku, dan/atau menghilangkan sebagian tulang.
Kemudian, terapi terkadang diperlukan setelah operasi. Pemulihan dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan kondisi.
Selain itu, gejala terowongan kubital mungkin tidak hilang sepenuhnya pascaoperasi, khususnya jika gejalanya parah.
Baca juga: Waspada Sindrom Carpal Tunnel pada Penderita Diabetes
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.