Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/09/2021, 14:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tulang memiliki peranan yang sangat penting bagi tubuh manusia, yaitu sebagai tempat melekatnya otot dan melindungi organ dalam.

Tulang atau rangka juga membentuk sistem gerak untuk manusia melakukan kegiatan sehari-hari.

Maka dari itu, penting untuk menjaga kesehatan dan kepadatan tulang agar terhindar dari pengeroposan, bahkan patah tulang.

Namun, tidak semua tulang memiliki kepadatan karena terdapat suatu kondisi yang menyebabkan tulang tidak dapat mengeras.

Baca juga: 5 Penyebab Osteomalasia, Kondisi Tulang Lunak yang Perlu Diwaspadai

Dalam istilah medis, kondisi ini disebut osteomalasia atau osteomalacia, yaitu melemahnya atau pelunakan pada tulang.

Kondisi ini menyebabkan tulang tidak mengalami mineralisasi atau pengerasan sebagaimana mestinya sehingga tulang menjadi lemah dan lebih mudah bengkok atau patah.

Osteomalasia merupakan gangguan penurunan mineralisasi yang mengakibatkan tulang rusak lebih cepat daripada proses pembentukan tulang.

Osteomalasia menyerang orang dewasa karena jika kondisi ini terjadi pada anak-anak disebut dengan penyakit rakitis.

Osteomalasia berbeda dengan osteoporosis meski keduanya dapat menyebabkan tulang patah.

Osteomalasia merupakan kondisi ketika tulang tidak dapat mengeras, sedangkan osteoporosis merupakan melemahnya tulang akibat pengeroposan.

Osteomalasia dapat menyebabkan penderitanya menjadi lebih bungkuk, terutama pada tulang kaki yang menahan beban.

Gejala

Merangkum Medline Plus dan Mayo Clinic, pada tahap awal osteomalasia biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun.

Namun, ketika osteomalasia berkembang maka akan menyebabkan nyeri tulang dan kelemahan otot akibat rapuhnya tulang.

Baca juga: 6 Gejala Rakhitis, Kelainan Tulang yang Perlu Diwaspadai

Berikut beberapa gejala osteomalasia:

  1. Nyeri pada bagian tubuh yang terkena, biasanya pada punggung bagian bawah, panggul, pinggul, selangkangan, kaki, dan tulang rusuk yang memburuk di malam hari atau saat menahan beban berat
  2. Penurunan tonus otot dan kelemahan pada tulang kaki mengakibatkan:
    a. Terhuyung-huyung saat berjalan
    b. Sulit berdiri atau naik tangga
    c. Perubahan cara berjalan, seperti lebih lambat

Kadar kalsium yang rendah juga dapat menimbulkan kondisi berikut:

  1. Mati rasa di sekitar mulut
  2. Mati rasa atau kesemutan pada lengan dan kaki
  3. Kejang atau kram pada tangan atau kaki
  4. Detak jantung yang tidak beraturan

Penyebab

Mengutip Mayo Clinic, osteomalasia terjadi akibat kelainan pada proses pematangan tulang.

Tubuh manusia menggunakan mineral kalsium dan fosfor untuk membantu membentuk tulang yang kuat.

Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup mineral ini dalam makanan atau ketika tubuh tidak menyerapnya dengan benar maka dapat meningkatkan risiko terkena osteomalasia.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh:

Baca juga: 11 Cara Meningkatkan Kepadatan Tulang Secara Alami

  1. Kekurangan vitamin D
  2. Kurangnya paparan sinar matahari
  3. Pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi)
  4. Mengidap penyakit celiac, yaitu penyakit autoimun yang menyebabkan usus halus tidak dapat menyerap nutrisi dari makanan
  5. Gangguan fungsi ginjal atau hati dapat memengaruhi metabolisme vitamin D
  6. Efek samping obat antikejang

Orang yang tidak mendapatkan cukup vitamin D dari makanan dan kurang terpapar sinar matahari langsung lebih berisiko terkena osteomalasia.

Komplikasi

Kondisi ini menyebabkan penderita mengalami patah tulang, terutama pada tulang rusuk, tulang belakang, dan kaki.

Diagnosis

Mengutip Healthline, terdapat berbagai tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis osteomalasia, di antaranya:

  • Tes darah dan urine
    Dapat membantu mendeteksi kadar vitamin D, fosfor, dan kalisum yang rendah dalam darah
  • Rontgen
    Untuk melihat perubahan struktur dan keretakan kecil pada tulang yang menjadi karakteristik osteomalasia
  • Biopsi tulang
    Menggunakan sampel jaringan tulang untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium. Namun, metode ini jarang digunakan untuk membuat diagnosis
  • Pemeriksaan bone mineral density (BMD)
    Untuk melihat kepadatan tulang dengan menguji jumlah kalsium dan fosfat dalam tulang

Baca juga: Benarkan Minum Susu Bantu Menjaga Kesehatan Tulang?

Perawatan

Dirangkum Web MD dan Cleveland Clinic, osteomalasia yang disebabkan kurangnya asupan vitamin D maka dapat ditangani melalui asupan makanan atau suplemen.

Berikut beberapa makanan yang mengandung vitamin D:

  • Sereal
  • Keju
  • Telur
  • Ikan, seperti tuna, salmon, ikan todak, sarden
  • Hati
  • susu
  • Jus jeruk, diperkaya dengan vitamin D
  • Yoghurt

Selain itu, berjemur di bawah sinar matahari juga dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D.

Namun, pastikan wajah dan tubuh tetap terlindungi dari sinar UV dengan menggunakan tabir surya atau sunscreen untuk mengurangi risiko kanker kulit.

Dokter mungkin akan meresepkan suplemen tambahan yang mengandung kalsium dan vitamin D untuk meningkatkan asupan kalsium atau fosfor.

Mengobati kondisi yang memengaruhi metabolisme vitamin D, seperti gangguan ginjal, juga dapat meredakan gejala osteomalasia.

Berikut beberapa perawatan lain yang dapat dilakukan untuk meredakan atau memperbaiki gejala osteomalasia, yaitu:

Baca juga: 4 Cara Menjaga Kesehatan dan Kekuatan Tulang

  • Gunakan korset penyangga untuk mengurangi risiko atau mencegah ketidakteraturan tulang
  • Pembedahan atau operasi untuk memperbaiki kelainan bentuk tulang akibat oseomalasia yang parah

Pencegahan

Dilansir dari Medline Plus, berikut beberapa cara untuk mencegah osteomalasia:

  1. mengonsumsi makanan kaya vitamin D dan kalsium
  2. dapatkan paparan sinar matahari yang cukup, seperti dengan berjemur
  3. penuhi asupan vitamin dan mineral dengan mengonsumsi suplemen tambahan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com