Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/11/2021, 11:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usus besar menjadi bagian akhir dari sistem pencernaan manusia yang terdiri dari sekum, kolon, rektum, dan anus.

Usus besar berfungsi untuk menyerap cairan dan vitamin, membentuk feses, serta mengeluarkan feses dari tubuh melalui anus.

Namun, terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan usus besar tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satunya adalah megakolon.

Baca juga: 5 Cara Mengelola Gejala IBS (Sindrom Iritasi Usus Besar)

Megakolon merupakan pelebaran, peregangan, atau pembesaran usus besar (kolon) secara abnormal yang tidak disebabkan oleh penyumbatan (obstruksi).

Kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan pada perut akibat penumpukan feses dan gas pada usus besar.

Megakolon dapat berlangsung dalam waktu cepat (akut) atau dalam waktu lama dan berkelanjutan (kronis).

Semua kasus megakolon akut berawal dari peradangan usus besar atau inflammatory bowel disease (IBD).

Megakolon akut dapat dikategorikan ke dalam beberapa kategori tergantung apakah terjadi peradangan pada usus besar.

Megakolon yang disertai peradangan biasanya mengakibatkan toxic megacolon. Ini merupakan kondisi yang membahayakan nyawa.

Jika tidak disertai peradangan, pelebaran usus besar ini dikenal sebagai sindrom Ogilvie atau sekadar megakolon akut.

Sementara itu, megakolon kronis dapat disebabkan oleh penyakit usus besar atau muncul sebagai kelainan kongenital, yaitu kelainan yang didapat sejak bayi lahir.

Gejala

Merangkum Osmosis dan Drugs.com, gejala megakolon dapat bervariasi tergantung pada jenis yang diderita.

Baca juga: 3 Kesalahan yang Bisa Memperburuk Gejala Sindrom Iritasi Usus Besar

Namun, terdapat beberapa gejala megakolon secara umum, yaitu:

  • Perut terasa sakit atau nyeri
  • Perut terasa keras
  • Sembelit atau konstipasi yang berkepanjangan
  • Perut kembung
  • Mual
  • Rektum terasa sakit atau mengalami nyeri tekan
  • Pada kasus yang lebih parah, feses menjadi keras.

Jika tidak segera ditangani, megakolon dapat semakin parah dan rentan berkembang menjadi toxic megacolon dengan gejala, seperti:

  • Sakit perut
  • Perut kembung
  • Demam
  • Takikardia, yaitu peningkatan detak jantung atau jantung berdebar
  • Syok
  • Diare hebat, bahkan disertai dengan darah
  • Nyeri saat buang air besar.

Toxic megacolon merupakan kondisi darurat karena dapat membahayakan nyawa sehingga memerlukan penanganan medis segera.

Penyebab

Dikutip dari Osmosis, megakolon sering kali bersifat idiopatik atau tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya.

Baca juga: Emosi Negatif Memperburuk Sindrom Iritasi Usus Besar, Begini Solusinya

Namun, terdapat beberapa kondisi yang diduga menyebabkan megakolon, antara lain:

  • Infeksi

Salah satu penyebab utama terserang megakolon adalah infeksi, baik infeksi bakteri maupun infeksi parasit.

Bakteri yang kerap menyebabkan megakolon, yaitu bakteri Clostridium difficile, Salmonella, Shigella, dan Campylobacter.

Parasit yang dapat menyebabkan megakolon yakni Trypanosoma cruzi dan Entamoeba histolytica.

  • Penyakit tertentu

Megakolon dapat disebabkan karena peradangan pada usus besar atau inflammatory bowel disease (IBD), seperti penyakit Crohn dan kolitis ulseratif.

Megakolon juga dapat disebabkan oleh berbagai gangguan neurologis, yaitu penyakit yang menyerang sistem saraf, seperti neuropati diabetik dan penyakit Parkinson.

Selain itu, penyakit sistemik, seperti lemah otot (distrofi otot), lupus, dan skleroderma juga dapat menyebabkan megakolon.

  • Efek samping obat-obatan

Meskipun langka terjadi, megakolon juga dapat terjadi akibat efek samping dari obat-obatan tertentu.

Obat untuk mengobati skizofrenia, seperti risperidone dan clozapine, serta obat untuk meredakan diare, seperti loperamide, dapat meningkatkan risiko terserang megakolon.

Baca juga: Gejala Mirip, Ini Beda Kanker Usus dan Sindrom Iritasi Usus Besar

  • Kelainan bawaan

Megakolon dapat disebabkan oleh kelainan kongenital atau kelainan bawaan sejak bayi lahir, seperti penyakit Hirschsprung.

Bayi dengan kondisi ini mengalami penyumbatan pada usus besar atau obstruksi usus karena gangguan pada otot dan saraf usus.

  • Penyebab lain

Faktor lain yang dapat menyebabkan megakolon, seperti gangguan keseimbangan elektrolit, hipokalemia, dan hipotiroidisme.

Diagnosis

Dirangkum dari Healthline dan Drugs.com, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesis mengenai gejala, serta riwayat kesehatan penderita.

Dokter akan melakukan pemeriksaan bising usus dengan memeriksa perut menggunakan stetoskop.

Pemeriksaan ini dapat membantu dokter mengetahui kelainan pada usus, seperti adanya penyumbatan pada usus (obstruksi usus).

Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis megakolon, seperti:

Baca juga: Apa Penyebab Tumor Usus Besar?

  1. Rontgen atau CT scan pada perut, untuk melihat pembesaran usus besar dan mendeteksi adanya penyumbatan
  2. Tes hitung darah lengkap untuk mendeteksi kelainan pada darah, seperti infeksi yang menyebabkan megakolon
  3. Pemeriksaan elektrolit dalam darah, untuk mengetahui kadar elektrolit tubuh yang berubah jika terjadi kelainan pada usus besar
  4. Biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan usus besar dan diperiksa lebih lanjut di laboratorium untuk mendeteksi penyakit Hirschsprung

Jika hasil rontgen dan CT scan tidak cukup jelas, dokter mungkin akan melakukan kolonoskopi untuk mendeteksi penyumbatan pada usus besar.

Namun, prosedur kolonoskopi tidak boleh dilakukan bagi penderita toxic megacolon karena berisiko menimbulkan robekan (perforasi) pada usus besar.

Perawatan

Merangkum dari WebMD dan Osmosis, penanganan megakolon akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.

Pada kasus megakolon akut yang mana penderita tidak diperbolehkan makan dan minum melalui jalur normal, dokter akan memasang selang nasogastrik.

Selain itu, dekompresi usus besar juga dalam dilakukan melalui prosedur kolonoskopi.

Selain metode dekompresi, megakolon juga dapat diobati dengan obat-obatan yang dapat membantu mengeluarkan feses yang tersumbat, seperti:

  1. Obat pencahar, untuk melancarkan proses buang air besar
  2. Obat neostigmine, untuk meningkatkan gerakan otot pada usus besar.

Baca juga: 7 Gejala Kanker Usus Besar pada Pria

Jika megakolon disebabkan karena gangguan keseimbangan elektrolit maka dokter akan memberikan larutan elektrolit untuk mengatasinya.

Bagi penderita toxic megacolon, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan steroid dan antibiotik spektrum luas agar infeksi tidak menyebar ke bagian tubuh lain.

Akan tetapi, jika megakolon tidak kunjung sembuh dengan metode penanganan di atas, dokter mungkin akan menyarankan prosedur operasi.

Salah satu prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi megakolon adalah kolektomi.

Kolektomi merupakan prosedur operasi untuk menghilangkan sebagian atau seluruh usus besar yang mengalami pembesaran.

Komplikasi

Merangkum dari Osmosis dan Healthline, megakolon dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  1. Robekan atau lubang (perforasi) pada usus besar
  2. Peritonitis, yaitu peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut (peritoneum) yang berfungsi untuk melindungi organ didalam perut
  3. Sepsis
  4. Syok
  5. Koma

Pencegahan

Menurut Healthline, megakolon merupakan kondisi yang dapat timbul sebagai komplikasi dari peradangan (IBD) atau infeksi saluran pencernaan.

Baca juga: 4 Pola Makan untuk Mencegah Kanker Usus Besar

Seseorang dengan kondisi tersebut harus mengikuti anjuran dokter, seperti perubahan gaya hidup dan mengonsumsi obat tertentu.

Mengikuti anjuran dokter dapat membantu mengontrol gejala, mencegah infeksi, dan mengurangi kemungkinan komplikasi, termasuk toxic megacolon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com