Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/12/2021, 08:10 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak sedikit orang yang takut atau merasa panik ketika menaiki pesawat terbang.

Kondisi ini dapat terjadi karena aerophobia, yaitu salah satu jenis fobia spesifik yang menimbulkan ketakutan atau kepanikan luar biasa ketika melakukan perjalanan udara.

Aerophobia, atau juga disebut aviophobia, menyebabkan penderitanya merasa takut, baik dalam waktu sesaat ataupun dalam waktu yang lama ketika menaiki pesawat.

Baca juga: Fobia

Selain itu, seseorang yang menderita aerophobia umumnya akan menghindari bepergian dengan menggunakan pesawat.

Gejala

Mengutip Very Well Mind, penderita aerophobia alan mengalami kecemasan berlebih yang dirasakan secara terus-menerus ketika menaiki pesawat.

Berikut beberapa gejala yang dapat dirasakan oleh penderita aerophobia:

  • Keringat dingin
  • Sensasi seperti tersedak
  • Pikiran kacau atau disorientasi
  • Kulit memerah
  • Gangguan pencernaan
  • Detak jantung meningkat atau lebih cepat dari biasanya
  • Sifat mudah marah
  • Mual
  • Tubuh gemetar
  • Sesak napas.

Pada beberapa kasus, penderita aerophobia dapat mengalami serangan kepanikan atau panic attack.

Kondisi ini ditandai dengan jantung berdebar, sensasi sulit membedakan antara realita dengan khayalan, serta ketakutan apabila meninggal dunia.

Baca juga: Takut Saat Mendengar Suara Ambulans? Hati-hati Fonofobia

Penyebab

Dilansir dari Psycom, tidak ada penyebab spesifik dari aerophobia karena ketakutan biasanya muncul karena kombinasi dari beberapa faktor., seperti:

  1. Faktor lingkungan, orang tua, pengasuh, kerabat, atau teman yang juga takut terbang dapat menyebabkan aerophobia karena terpengaruh
  2. Pengalaman traumatis, memiliki pengalaman buruk dengan pesawat, atau menyaksikan berita mengenai kecelakaan pesawat juga dapat memicu kondisi ini.

Faktor risiko

Menurut Medical News Today, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko menderita aerophobia, antara lain:

  1. takut berada di ruang tertutup atau sempit (claustrophobia)
  2. takut berada di tempat dengan keramaian (enochlophobia)
  3. takut ketinggian (acrophobia)
  4. takut terhadap serangan teroris atau gencatan senjata.

Diagnosis

Melansir Psycom, untuk memastikan diagnosis seseorang yang merasakan gejala aerophobia diharapkan melakukan pemeriksaan dengan tenaga profesional.

Psikolog atau psikiater akan melakukan wawancara medis secara mendalam untuk menentukan apakah penderita memang memiliki fobia dengan pesawat.

Perawatan

Melansir Medical News Today, aerophobia merupakan kondisi yang dapat diobati. Beberapa metode penanganan untuk mengatasi aerophobia, di antaranya:

Baca juga: Klaustrofobia

  • Mencari tahu segala hal mengenai pesawat, seperti bagaimana cara kerjanya agar dapat mengurangi kecemasan ketika menaiki pesawat
  • Lakukan kegiatan pengalihan agar pikiran tidak hanya terfokus pada ketakutan atau kecemasan, seperti dengan membaca buku
  • Lakukan meditasi di dalam pesawat dengan mengatur napas agar pikiran dan hati lebih rileks
  • Beberapa terapi psikologis juga bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini, seperti:
    1. Terapi perilaku kognitif, untuk mengubah pikiran negatif yang dapat memicu ketakutan
    2. Terapi paparan, merupakan terapi yang dapat membantu penderita untuk membuka diri secara perlahan terhadap hal atau situasi yang ditakuti
    3. Terapi dengan teknik virtual reality, untuk menstimulasikan berbagai kondisi di dalam pesawat
  • Obat-obatan, untuk meredakan gejala mual atau cemas berlebih dokter dapat meresepkan obat agar tidak mabuk perjalanan dan obat anti-kecemasan
  • Mengikuti kursus terbang, penderita akan diajak untuk mengetahui seluruh proses penerbangan agar dapat mengurangi ketakutan saat melakukan penerbangan yang sebenarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com