Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/01/2022, 21:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu penyebab gatal dan iritasi pada vagina adalah vaginosis bakterialis, yaitu infeksi vagina akibat ketidakseimbangan jumlah bakteri alami pada vagina.

Vaginosis bakterialis bukanlah penyakit yang berbahaya, tetapi dapat menimbulkan gejala yang cukup mengganggu.

Meskipun dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi vaginosis bakterialis kerap dialami oleh wanita pada masa subur dengan rentang usia 15 hingga 44 tahun.

Baca juga: 7 Cara Mengatasi Vagina Gatal Sesuai Penyebabnya

Wanita yang membersihkan area kewanitaan dengan cairan pembersih bagina, menggunakan IUD, dan berhubungan seks dengan banyak orang juga berisiko mengalami kondisi ini.

Vaginosis bakterialis bukanlah infeksi menular seksual (IMS), tetapi penyakit ini dapat meningkatkan risiko penderitanya mengalami IMS dan penyakit radang panggul.

Vaginosis bakterialis juga dikaitkan dengan gangguan pada organ reproduksi, misalnya kelahiran prematur dan infeksi pascaoperasi, seperti histerektomi.

Gejala

Melansir Very Well Health, vaginosis bakterialis sering kali bersifat asimptomatik atau tidak menimbulkan gejala.

Namun, terdapat beberapa gejala yang mungkin muncul ketika seorang wanita mengalami vaginosis bakterialis:

  • Keputihan dengan tekstur encer dan berwarna putih keabu-abuan atau kuning
  • Bau busuk yang mungkin semakin parah setelah berhubungan seksual
  • Sensasi terbakar saat buang air kecil
  • Vagina terasa gatal atau mengalami iritasi
  • Keluar darah dari vagina setelah berhubungan seksual.

Penyebab

Dirangkum dari Everyday Health dan MedicineNet, vaginosis bakterialis terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah bakteri baik dan bakteri jahat di dalam vagina.

Terdapat dua jenis bakteri di dalam vagina, yaitu bakteri Lactobacillus (bakteri baik) dan bakteri anaerob (bakteri jahat).

Baca juga: 7 Penyebab Vagina Gatal sebelum Menstruasi

Ketika jumlah bakteri anaerob melebihi jumlah normalnya maka akan menyebabkan vaginosis bakterialis.

Hingga kini, masih belum diketahui secara pasti penyebab ketidakseimbangan pertumbuhan bakteri di dalam vagina.

Faktor risiko

Menurut Patient Info, beberapa kondisi berikut meningkatkan risiko seseorang mengalami vaginosis bakterialis:

  1. Aktif secara seksual
  2. Sering berganti pasangan seksual
  3. Memiliki riwayat penyakit infeksi menular seksual (IMS)
  4. Memiliki kebiasaan merokok
  5. Menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim atau intrauterine device (IUD)
  6. Mandi berendam dengan sabun yang sangat berbusa
  7. Mengalami perubahan hormon akibat masa pubertas, kehamilan, atau menopause
  8. Mengonsumsi antibiotik untuk membunuh bakteri
  9. Penggunaan mainan seks atau sex toy
  10. Terlalu sering menggunakan cairan pembersih vagina
  11. Menggunakan pelumas atau kondom yang mengandung pewangi atau parfum saat berhubungan seksual
  12. Menggunakan celana dalam ketat dalam waktu yang lama.

Diagnosis

Dikutip dari Mayo Clinic, beberapa metode pemeriksaan yang dapat mendiagnosis vaginosis bakterialis adalah:

Baca juga: Penyebab Vagina Gatal saat Menstruasi

  • Anamnesis
    Dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan dan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat penyakit infeksi menular seksual (IMS)
  • Pemeriksaan rongga panggul
    Dokter akan memasukkan dua jari ke dalam vagina dan menekan area perut untuk memeriksa kelainan pada organ panggul, serta mendeteksi adanya infeksi
  • Pemeriksaan sampel cairan vagina
    Melalui pemeriksaan ini dokter dapat melihat adanya pertumbuhan berlebih bakteri anaerob di dalam vagina.

    Cairan vagina mungkin akan diperiksa dengan mikroskop untuk mendeteksi keberadaan sel vagina yang dikelilingi bakteri sebagai ciri dari vaginosis bakterialis.

  • Pemeriksaan pH vagina
    Dokter akan memeriksa tingkat keasaman (pH) vagina pasien dengan memasukkan kertas strip pendeteksi pH ke dalam vagina.

    Apabila tingkat keasaman (pH) vagina sebesar 4,5 atau lebih tinggi maka pasien didiagnosis mengalami vaginosis bakterialis.

Perawatan

Melansir Mayo Clinic, vaginosis bakterialis dapat diobati dengan antibiotik, seperti:

  1. Metronidazol
    Tersedia dalam bentuk oral atau tablet dan dalam bentuk gel yang dioleskan ke dalam vagina.

    Untuk meredakan efek samping berupa sakit perut dan mual, pasien dapat menghindari konsumsi alkohol selama masa pengobatan.

  2. Klindamisin
    Obat ini tersedia dalam bentuk krim yang dimasukkan ke dalam vagina. Krim klindamisin dapat merusak kondom berbahan lateks selama masa pengobatan.
  3. Tinidazol
    Obat ini tersedia dalam bentuk oral atau tablet minum yang dapat menimbulkan efek samping seperti metronidazol sehingga pasien sebaiknya menghindari konsumsi alkohol.

Baca juga: Mengenal Penyebab Bau Tak Sedap Pada Vagina dan Cara Mengatasinya

Pasangan seksual pasien juga dapat melakukan pemeriksaan dan pengobatan.

Wanita hamil yang menderita penyakit ini juga memerlukan pengobatan segera guna mencegah komplikasi kehamilan, seperti kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah.

Komplikasi

Menurut Medical News Today, vaginosis bakterialis dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Infeksi menular seksual (IMS), seperti herpes simplex, chlamydia, gonore, dan HIV
  • Infeksi pascaoperasi, seperti histerektomi
  • Kelahiran prematur
  • Keguguran
  • Ketuban pecah dini
  • Infeksi rahim atau endometritis
  • Infertilitas atau gangguan kesuburan akibat masalah pada tuba falopi
  • Korioamnionitis, yaitu infeksi pada air ketuban yang meningkatkan risiko bayi mengalami palsi serebral
  • Kegagalan program bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF)
  • Penyakit radang panggul.

Pencegahan

Melansir situs Cleveland Clinic, vaginosis bakterialis tidak dapat selalu dicegah karena penyebabnya yang masih belum diketahui secara pasti.

Namun, beberapa tindakan berikut dapat membantu mengurangi risiko mengalami kondisi ini:

Baca juga: Makanan yang Membantu Menjaga Kesehatan Vagina, Wanita Wajib Tahu

  1. Hindari penggunaan cairan pembersih vagina karena dapat menghilangkan bakteri baik
  2. Pastikan kebersihan sex toy sebelum menggunakannya dan bersihkan mainan seks setelah digunakan
  3. Tidak berganti-ganti pasangan seksual
  4. Gunakan kondom berbahan lateks saat berhubungan seksual
  5. Gunakan celana dalam berbahan katun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau