KOMPAS.com - Memar adalah salah satu kondisi yang cukup umum terjadi di berbagai bagian tubuh. Memar atau lebam biasanya muncul setelah tubuh terbentur sesuatu secara kuat.
Memar yang muncul dapat disebabkan oleh benturan ringan, bahkan pada beberapa orang memar muncul tanpa adanya benturan.
Umumnya, memar bukanlah kondisi yang serius dan akan memurah dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tapi, beberapa memar yang muncul tiba-tiba bisa menjadi pertanda dari penyakit tertentu.
Salah satu penyakit yang menyebabkan beberapa bagian tubuh sering mengalami memar adalah idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP).
Baca juga: Bukan Hanya Pukulan, Ini 7 Sebab Kulit Bisa Memar dan Lebam
Hubungan memar dengan ITP
Memar terjadi akibat pecahnya pembuluh darah kecil yang menyebabkan sel-sel darah di dalamnya merembes keluar dan mengendap di bawah permukaan kulit.
Pengendapan tersebut menyebabkan munculnya warna kemerahan atau keunguan pada kulit.
Sel trombosit akan bekerja sama dengan faktor pembekuan darah dalam proses penggumpalan darah guna menghentikan perdarahan.
Nantinya tubuh akan kembali menyerap sel-sel darah secara perlahan dan memar dapat memudar.
Mengutip Medline Plus, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) adalah gangguan perdarahan akibat sistem kekebalan tubuh menghancurkan trombosit.
Normalnya, jumlah trombosit dalam tubuh manusia adalah 150.000 hingga 400.000 per mikroliter, sedangkan jumlah trombosit penderita ITP kurang dari 150.000.
Hal ini mengakibatkan tubuh penderita ITP mudah mengalami memar, gusi berdarah, dan perdarahan yang tak kunjung berhenti.
ITP dapat menyebabkan memar berwarna ungu, serta bintik-bintik kecil berwarna ungu kemerahan seperti ruam.
Kelainan darah ini termasuk penyakit tidak menular dan dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa.
Baca juga: 7 Penyebab Seseorang Mudah Alami Memar, Bisa Gejala Kanker
Merangkum dari Medline Plus dan Web MD, ITP terjadi ketika sel-sel imunitas tertentu menghasilkan antibodi terhadap trombosit.
Antibodi tersebut menempel pada trombosit dan tubuh menghancurkan trombosit yang membawa antibodi.
ITP yang menyerang orang dewasa adalah penyakit kronis dan dapat terjadi karena:
Wanita cenderung berisiko terkena ITP dibandingkan dengan laki-laki. Namun, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Pada anak-anak penyakit ini terkadang terjadi akibat infeksi virus.
Ketika seseorang mengalami idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) akan mengalami beberapa gejala berikut:
Baca juga: 5 Cara Menangani Luka Memar
Untuk mendeteksi memar atau perdarahan dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
Penanganan ITP disesuaikan dengan tingkat keparahan yang diderita penderita.
Penderita ITP ringan mungkin disarankan untuk melakukan pemeriksaan jumlah trombosit secara rutin untuk mencegah perdarahan.
Baca juga: Penyebab Tubuh Gampang Mengalami Memar
Pada penderita ITP yang lebih parah, dokter akan memberikan penanganan agar jumlah trombosit tidak berkurang dan tidak terjadi perdarahan.
Pengobatan yang paling sering dilakukan adalah memberikan steroid dan intravenous gamma globulin (IVGG).
Steroid membantu mencegah perdarahan dengan mengurangi laju penghancuran trombosit, dan dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam 2 hingga 3 minggu.
Intravenous gamma globulin (IVGG) mengandung banyak antibodi dan bekerja lebih cepat daripada steroid untuk memperlambat penghancuran trombosit.
Jika ITP semakin parah dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan, dokter akan melakukan operasi pengangkatan organ limpa.
Operasi tersebut dilakukan untuk mencegah penghancuran trombosit pada organ limpa. Namun, metode ini jarang dilakukan karena berisiko menyebabkan infeksi.
Penyakit ITP tidak dapat dicegah. Namun, terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya perdarahan, diantaranya:
Baca juga: 9 Faktor Penyebab Tubuh Gampang Memar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.