KOMPAS.com – Masih segar dalam ingatan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin alias Mirna oleh Jessica Kumala Wongso di sebuah restoran bilangan Jakarta Pusat pada 2016 lalu.
Mirna wafat setelah menenggak kopi es Vietnam yang pasca penyelidikan ditemukan sodium sianida dengan kadar 15 gram/L atau 15 mg/cc.
Sianida dapat merujuk pada bahan kimia apa pun yang mengandung ikatan karbon-nitrogen (CN), dan dapat ditemukan di beberapa makanan nabati yang aman dikonsumsi, termasuk almond, kacang lima, kedelai, dan bayam.
Baca juga: Yang Terjadi Pada Tubuh Saat Terpapar Sianida
Biji buah-buahan seperti aprikot, apel, dan persik, juga memiliki sejumlah besar bahan kimia yang dimetabolisme menjadi sianida.
Hanya saja, sianida dalam makanan tersebut masih tergolong aman dengan kadar yang rendah.
Sianida bahkan merupakan produk sampingan dari metabolisme dalam tubuh manusia yang dihembuskan dalam jumlah rendah setiap napas.
Adapun menurut Healthline, bentuk sianida yang mematikan meliputi:
- natrium sianida (NaCN)
- kalium sianida (KCN)
- hidrogen sianida (HCN)
- sianogen klorida (CNCl)
Bentuk-bentuk ini dapat muncul sebagai padatan, cairan, atau gas. Beberapa zat tersebut kerap ditemui pada pembakaran plastik dan rokok.
Melansir CDC, orang yang keracunan sianida dalam takaran yang rendah akan mengalami gejala berikut dalam beberapa menit:
Baca juga: Hal yang Terjadi pada Tubuh Ketika Keracunan Sianida
Sementara keracunan sianida dalam jumlah besar melalui cara apa pun dapat menyebabkan efek kesehatan lainnya juga, seperti:
Adapun penyintas keracunan sianida yang serius dapat mengalami kerusakan jantung, otak, dan saraf.
Keracunan sianida bisa terjadi ketika orang terpapar sianida baik menelan, menghirup, maupun kontak kulit.
Melansir e-medicine health, ada beberapa faktor risiko paparan sianida:
Baca juga: Tanda Awal Keracunan Sianida
Apabila terkena gejala dan penyebab yang mengarah pada keracunan sianida, segera hubungi layanan kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dokter biasanya akan melakukan tes darah untuk mengukur tingkat methemoglobin, konsentrasi karbon monoksida darah, dan plasma atau tingkat laktat darah.
Pemeriksaan tentunya melihat kondisi dan situasi penyintas serta fasilitas kesehatan yang mendukung.
Menurut Healthline, langkah pertama untuk mengobati kasus dugaan keracunan sianida adalah mengidentifikasi sumber paparan.
Apabila bersumber dari kebakaran atau insiden darurat lainnya, korban diharuskan untuk menjaga jarak sejauh mungkin dari lokasi kejadian.
Baca juga: Sianida di Dalam Makanan Kita Sehari-hari
Untuk kasus korban menelan sianida, pertolongan pertama dengan arang aktif akan membantu menyerap racun dan membersihkannya dengan aman dari tubuh.
Paparan sianida dapat mempengaruhi asupan oksigen, sehingga dokter dapat memberikan 100 persen oksigen melalui masker atau tabung endotrakeal.
Dalam kasus yang kronis, dokter akan meresepkan salah satu dari dua obat penangkal, yakni Hydroksokobalamin dan Hydroxocobalamin.
Jika tidak mendapat penanganan tepat segera, keracunan sianida akut atau kronis dapat menyebabkan kejang, gagal jantung, dan koma.
Dalam beberapa kasus, keracunan sianida dapat menyebabkan kematian.
Keracunan sianida sangat mungkin bisa dicegah, dari e-medical health ada beberapa kiat preventif menangkal keracunan sianida:
Baca juga: 7 Fakta Racun Potasium Sianida dari Bentuk hingga Efek Samping
Apabila merasa terlanjur terpapar sianida, tetap tenang dan segera ganti pakaian, mandi dengan sabun dan air bersih, serta hubungi perawatan medis secepat mungkin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.