KOMPAS.com - Hemofilia adalah gangguan pembekuan darah yang disebabkan oleh kurangnya suatu protein yang membuat darah sulit membeku dengan baik.
Akibatnya, jika orang dengan Hemofilia mengalami luka terbuka, darah akan lebih sulit untuk berhenti (membeku).
Melansir Healthline, World Federation of Hemophilia (WFH) menyatakan bahwa sekitar satu dari 10.000 orang dilahirkan dengan penyakit ini.
Baca juga: 10 Gejala Hemofilia yang Perlu Diwaspadai
Luka kecil biasanya tidak terlalu menjadi masalah. Namun, jika terjadi kondisi yang parah, seperti pada lutut, pergelangan kaki, atau siku, pendarahan internal dapat merusak organ, jaringan, bahkan mengancam nyawa.
Gangguan langka ini hampir selalu akibat dari kelainan genetik. Perawatan dapat termasuk penggantian rutin faktor pembekuan spesifik yang berkurang.
Tanda dan gejala hemofilia dapat bervariasi, tergantung pada tingkat faktor pembekuan penderita.
Jika tingkat faktor pembekuan hanya berkurang sedikit, pendarahan hanya akan terjadi setelah operasi atau mengalami trauma.
Namun, jika kekurangan yang dialami parah, orang tersebut bisa berdarah dengan mudah tanpa alasan.
Tanda dan gejala pendarahan spontan, meliputi:
Baca juga: Penyebab Hemofilia dan Pengobatannya
Hemofilia disebabkan oleh mutasi atau perubahan pada salah satu gen yang berperan untuk memberikan ‘instruksi’ untuk membuat protein faktor pembekuan yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan darah.
Perubahan atau mutasi ini dapat mencegah protein pembekuan bekerja dengan baik atau hilang sama sekali.
Melansir CDC, gen-gen ini terletak pada kromosom X. Laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY).
Sementara itu, perempuan memiliki dua kromosom X (XX).
Laki-laki mewarisi kromosom X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Wanita mewarisi satu kromosom X dari setiap orang tua.
Kromosom X mengandung banyak gen yang tidak ada pada kromosom Y.
Artinya, laki-laki hanya memiliki satu salinan dari sebagian besar gen pada kromosom X, sedangkan perempuan memiliki dua salinan.
Maka dari itu, laki-laki dapat memiliki penyakit hemofilia jika mewarisi kromosom X yang memiliki mutasi pada gen faktor VIII, IX, atau XI.
Hemofilia lebih umum terjadi pada laki-laki ketimbang perempuan.
Dalam kasus ini, kedua kromosom X terpengaruh atau salah satunya terpengaruh dan yang lainnya hilang atau tidak aktif.
Pada wanita, gejala perdarahan akan mirip dengan pria dengan hemofilia.
Baca juga: Mengenal Gejala dan Penyebab Hemofilia
Seorang wanita dengan satu kromosom X yang terkena disebut dengan ‘pembawa’ hemofilia (carrier).
Terkadang, seorang wanita pembawa dapat menunjukkan gejala hemofilia.
Selain itu, juga dapat mewariskan kromosom X yang terpengaruh dengan mutasi gen faktor pembekuan pada anak-anaknya.
Hemofilia dapat didiagnosis melalui tes darah.
Dokter akan mengambil sedikit sampel darah dan mengukur jumlah faktor pembekuan yang ada.
Sampel kemudian dinilai untuk menentukan tingkat keparahan defisiensi faktor:
Perawatan utama untuk hemofilia berat melibatkan penggantian faktor pembekuan yang dibutuhkan melalui tabung di pembuluh darah.
Terapi penggantian dapat dilakukan untuk mengobati episode perdarahan yang sedang berlangsung. Selain itu, juga dapat diberikan secara teratur di rumah untuk membantu mencegah episode pendarahan.
Baca juga: 5 Gejala Pembekuan Darah Sesuai Bagian Tubuh yang Terkena
Dalam beberapa kasus, penderita hemofilia dapat menerima terapi penggantian secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
Penggantian faktor pembekuan dapat dilakukan dari darah yang disumbangkan.
Produk serupa yang disebut faktor pembekuan rekombinan yang dibuat di laboratorium dan bukan dari darah manusia.
Terapi lain meliputi:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.