Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 19/12/2022, 22:46 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Kaka Renaldi, Sp.PD-KGEH
Divalidasi oleh:
dr. Kaka Renaldi, Sp.PD-KGEH

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastro Entero Hepatologi Mayapada Hospital Kuningan www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan penyakit yang ditimbulkan ketika asam dari lambung naik kembali ke kerongkongan, sehingga menimbulkan gejala seperti nyeri perut dan rasa panas di dada. 

Naiknya isi cairan lambung menuju ke kerongkongan inilah yang disebut refluks. 

Seseorang dapat dikatakan menderita GERD jika mengalami refluks asam yang sampai menimbulkan gejala dan mengganggu kualitas hidup.

Baca juga: Mengenal GERD, Masalah Pencernaan yang Bisa Sebabkan Komplikasi Serius

Penyebab

Menurut Healthline, penyebab GERD bermacam-macam. Namun, kondisi ini dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi kerongkongan.

Di dalam kerongkongan kita, terdapat suatu pita otot yang disebut lower esophageal sphincter (LES). LES adalah pita otot yang melingkar di ujung kerongkongan, tepat sebelum lambung.

Normalnya, otot tersebut berada dalam keadaan rileks ketika kita sedang tidak makan. Otot tersebut baru akan terbuka ketika kita menelan makanan atau minuman. Setelah itu, otot akan kembali mengencang dan menutup.

Ketika otot LES tidak mengencang dan menutup dengan benar, maka isi cairan lambung dapat naik kembali ke kerongkongan kita. 

Karena cairan ini bersifat asam, maka dapat timbul gejala seperti rasa panas di dada dan asam di mulut.

Faktor risiko

Risiko Anda mengalami GERD akan semakin tinggi jika memiliki faktor sebagai berikut:

  • Obesitas
  • Kehamilan
  • Merokok
  • Sering makan dalam porsi besar
  • Langsung berbaring atau tidur setelah makan
  • Banyak mengonsumsi makanan berminyak atau asam
  • Minum jenis minuman tertentu seperti soda, kopi, atau alkohol
  • Mengonsumsi obat tertentu, seperti golongan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang sering digunakan sebagai antinyeri
  • Hernia hiatus atau suatu kondisi di mana sebagian lambung bergerak ke atas menuju rongga dada. Akibatnya, otot LES melemah sehingga mudah terjadi refluks.

Baca juga: Bisakah Asam Lambung Naik (GERD) Sebabkan Serangan Jantung?

Gejala

Melansir Medical News Today, gejala GERD meliputi:

  • Nyeri perut
  • Dada terasa panas seperti terbakar
  • Mual atau muntah
  • Bau mulut dan terasa asam
  • Sering batuk
  • Kesulitan atau rasa sakit saat menelan.

Komplikasi

GERD yang tidak segera ditangani dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi, seperti:

  • Esofagitis, peradangan kerongkongan
  • Striktur esofagus, kerongkongan menjadi sempit sehingga sulit untuk menelan makanan atau minuman
  • Kerongkongan Barrett, perubahan sel-sel yang melapisi kerongkongan menjadi tidak normal, dan jika tidak ditatalaksana dapat berkembang menjadi kanker kerongkongan/esofagus
  • Masalah pernapasan.

Diagnosis

Dilansir dari Healthline, diagnosis GERD dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Diagnosis harus dilakukan dengan konsultasi dokter, hal ini dikarenakan sulit membedakan gejala GERD dengan penyakit yang lebih serius, misalkan penyakit jantung

Konsultasi dokter juga penting untuk menyingkirkan kemungkinan komplikasi GERD, misalkan kerongkongan Barrett atau kanker esofagus

Jika dicurigai adanya GERD, umumnya dokter akan memberikan resep obat asam lambung golongan inhibitor pompa proton (PPI) dan menilai responsnya setelah 8 minggu

Jika disertai tanda bahaya seperti gangguan menelan, penurunan berat badan, pendarahan saat buang air besar, atau muntah terus-menerus, umumnya disarankan pemeriksaan endoskopi bagian atas untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain atau adanya komplikasi

Jika diagnosis belum jelas, dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti pemantauan tingkat paparan asam di kerongkongan menggunakan probe pH 24 jam

Jika diagnosis belum jelas, dapat juga dilakukan manometri esofagus untuk mengukur kekuatan otot-otot kerongkongan

Baca juga: 7 Cara Cegah Penyakit GERD (Asam Lambung) ala Dokter Penyakit Dalam

Perawatan

Kunci tata laksana GERD adalah membuat diagnosis yang tepat. Hal ini dikarenakan gejala GERD bisa mirip dengan penyakit lain, seperti penyakit jantung. Oleh karena itu, perlu konsultasi dengan dokter agar tidak salah diagnosis. 

Jika GERD sudah ditegakkan, maka perlu dilakukan perubahan gaya hidup dan mengonsumsi obat penghambat asam lambung.

Perubahan gaya hidup untuk meringankan GERD termasuk:

  • Makan makanan dalam jumlah sedang dan hindari porsi berlebihan
  • Catat apa saja makanan yang dapat memicu GERD, dan kurangi konsumsi makanan tersebut. Jenis makanan yang memicu GERD bisa berbeda-beda untuk setiap individu  
  • Berhenti makan 2 sampai 3 jam sebelum berbaring atau tidur
  • Berhenti merokok
  • Menjaga berat badan yang ideal
  • HIndari memakai pakaian yang ketat di sekitar perut
  • Tidur miring ke kiri dan kepala tempat tidur sedikit ditinggikan

Melansir Medical News Today, berikut beberapa jenis obat yang sering dipakai untuk GERD, antara lain:

  • Obat golongan inhibitor pompa proton (PPI). Cara kerja PPI adalah dengan mengurangi jumlah asam yang diproduksi oleh lambung. Obat PPI ini merupakan pilihan utama karena paling efektif. PPI harus diminum sebelum makan. Sekitar 30 – 60 menit setelah minum PPI, pasien harus makan agar obat dapat bekerja optimal. Frekuensi dan durasi minum obat sesuai petunjuk dokter.
  • Obat golongan H2 blocker, pilihan lain untuk membantu mengurangi produksi asam. Namun umumnya kurang efektif dibandingkan PPI.
  • Antasida, menetralkan asam di perut dengan bahan kimia alkali. Namun durasi kerjanya pendek.
  • Prokinetik, membantu perut menjadi kosong dengan lebih cepat. Hanya dipakai untuk kasus tertentu, misalnya adanya gangguan pengosongan lambung.

Jika perubahan gaya hidup atau obat-obatan yang diberikan tidak memiliki efek yang diinginkan, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi atau endoskopi yang tujuannya untuk memperkuat otot LES.

Pencegahan

Perubahan gaya hidup dapat membantu Anda untuk meringankan GERD termasuk:

  • Makan makanan dalam jumlah sedang dan hindari makan berlebihan
  • Berhenti makan 2 sampai 3 jam sebelum tidur
  • Berhenti atau hindari merokok
  • Menjaga berat badan yang ideal
  • HIndari memakai pakaian yang ketat di sekitar perut
  • Tidur sedikit miring dengan kepala sedikit ditinggikan

Baca juga: 6 Komplikasi GERD yang Bisa Berdampak Fatal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau