KOMPAS.com - Penyakit jantung rematik adalah kondisi saat katup jantung rusak permanen akibat demam rematik.
Kerusakan katup jantung dapat dimulai segera setelah infeksi streptokokus yang tidak diobati, seperti radang tenggorokan atau demam berdarah.
Respons imun menyebabkan kondisi peradangan dalam tubuh yang menyebabkan kerusakan katup berkelanjutan.
Baca juga: Kenali Apa itu Penyakit Jantung Rematik, Penyebab, dan Gejalanya
Penyakit jantung rematik tidak selalu menimbulkan gejala. Saat terjadi, gejala dapat termasuk:
Penyakit jantung rematik disebabkan oleh demam rematik, penyakit peradangan yang dapat memengaruhi banyak jaringan ikat, terutama di jantung, persendian, kulit, atau otak.
Katup jantung bisa meradang dan menjadi bekas luka seiring waktu.
Hal ini dapat mengakibatkan penyempitan atau kebocoran katup jantung sehingga efisiensi kerjanya berkurang.
Gangguan ini dapat berlangsung bertahun-tahun untuk berkembang hingga menyebabkan gagal jantung.
Demam reumatik dapat terjadi pada semua usia, tapi biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 15 tahun.
Baca juga: 7 Gejala Demam Rematik dan Penyebabnya
Diagnosis dapat meliputi:
Beberapa komplikasi penyakit jantung rematik antara lain:
Perawatan pada penyakit rematik jantung bergantung pada seberapa besar kerusakan yang terjadi pada katup jantung.
Dalam kasus parah, perawatan dapat termasuk operasi untuk mengganti atau memperbaiki katup yang rusak parah.
Baca juga: Demam Rematik
Pengobatan terbaik adalah dengan mencegah demam rematik.
Antibiotik umumnya digunakan untuk mengobati infeksi radang dan mencegah demam rematik berkembang.
Selain itu, obat antiinflamasi juga dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan menurunkan risiko kerusakan jantung. Obat lain untuk mengatasi gagal jantung juga mungkin diperlukan.
Orang yang pernah mengalami demam rematik sering diberi perawatan antibiotik harian atau bulanan, mungkin hingga seumur hidup untuk mencegah infeksi berulang dan menurunkan risiko kerusakan jantung lebih lanjut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.