Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2021, 21:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tulang belakang berperan penting untuk menopang tubuh manusia, yaitu sebagai penyangga kepala, bahu, dan tubuh manusia.

Tulang belakang terdiri atas tiga lengkungan, yaitu tulang belakang leher (tulang servikal), tulang punggung tengah (torakal), dan tulang punggung bawah (lumbal).

Lengkungan tulang ini penting untuk keseimbangan tubuh dan membantu manusia untuk dapat berdiri tegak.

Namun, terdapat kondisi di mana lengkungan tulang belakang tidak normal, salah satunya adalah kifosis.

Baca juga: 6 Posisi Duduk yang Benar untuk Menjaga Kesehatan Tulang

Kifosis merupakan kelainan tulang belakang yang menyebabkan punggung bagian atas tampak lebih besar dari biasanya.

Kelengkungan tulang belakang akibat kifosis berukuran 50 derajat atau lebih besar. Padahal, kelengkungan tulang belakang normalnya berada pada kisaran 25 sampai 45 derajat.

Maka dari itu, kifosis menyebabkan penderita menjadi bungkuk. Pada kasus yang parah kifosis dapat menimbulkan rasa nyeri, bahkan gangguan pernapasan.

Gejala

Melansir Hopkins Medicine, gejala kifosis dapat bervariasi, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kurva.

Gejala kifosis, di antaranya:

  • Tinggi bahu kanan dan kiri berbeda
  • Kepala tampak lebih condong ke depan dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya
  • Tinggi atau posisi tulang belikat berbeda
  • Tinggi punggung atas tampak lebih tinggi dari biasanya saat membungkuk ke depan
  • Otot belakang paha terasa kencang
  • Nyeri punggung dan kekakuan

Penyebab

Mengutip Spine Universe, terdapat tiga jenis kifosis dengan penyebab yang berbeda, yaitu:

Baca juga: 4 Cara Menjaga Kesehatan dan Kekuatan Tulang

  1. Postural kyphosis
    - jenis kifosis yang paling sering terjadi dan biasanya terlihat selama masa remaja
    - lekukan yang disebabkan postural kyphosis biasanya bulat dan halus
    - disebabkan oleh postur tubuh yang salah
    - kondisi ini dapat disembuhkan dengan fisioterapi rutin
  2. Scheuermann’s kyphosis
    - terjadi ketika tulang belakang bagian depan tidak tumbuh secepat bagian belakang sehingga tulang mulai membentuk baji (tonjolan tulang)
    - lengkungan pada kifosis ini cenderung kaku dan dapat memburuk seiring pertumbuhan, bahkan penderita tidak dapat berdiri secara lurus
    - dapat menimbulkan nyeri pada punggung bagian atas maupun bagian bawah
  3. Congenital kyphosis
    - merupakan bentuk kelainan tulang belakang genetik atau bawaan sejak lahir
    - terjadi ketika tulang belakang gagal berkembang secara normal saat bayi berada di dalam kandungan
    - memerlukan tindakan operasi untuk menghentikan perkembangan kurva
    - dapat menyebabkan cacat lahir tambahan pada bagian tubuh lain, seperti pada jantung dan ginjal

Faktor risiko

Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kifosis, di antaranya:

  1. Usia, semakin bertambahnya usia semakin meningkatkan risiko tulang punggung melengkung
  2. Fraktur kompresi atau patah tulang, dapat terjadi akibat tekanan dan memengaruhi kelengkungan tulang belakang
  3. Osteoporosis, pengeroposan tulang dapat menyebabkan kelengkungan tulang belakang
  4. Degenerasi bantalan sendi tulang belakang, seiring bertambahnya usia bantalan dapat menyusut dan memicu kelengkungan
  5. Kanker dan pengobatan kanker, dapat melemahkan tulang belakang dan menyebabkan lebih rentan terhadap fraktur kompresi
  6. Distrofi otot, merupakan kondisi genetik yang menyebabkan kelemahan pada otot, termasuk pada otot di sekitar tulang belakang
  7. Menurunnya kepadatan tulang
  8. Kondisi medis lain, seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos
  9. Cedera atau trauma tulang belakang

Baca juga: Benarkan Minum Susu Bantu Menjaga Kesehatan Tulang?

Diagnosis

Mengutip Mayo Clinic, untuk mendiagnosis kifosis dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk mengukur tinggi badan penderita.

Penderita mungkin diminta untuk membungkuk ke depan agar dokter dapat melihat tulang belakang dari samping.

Dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan neurologis untuk memeriksa refleks dan kekuatan otot.

Beberapa pemeriksaan pemindaian mungkin dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis kifosis, seperti:

  • Rontgen atau CT scan, untuk menentukan tingkat kelengkungan dan mendeteksi kelainan bentuk tulang belakang
  • MRI, untuk mendeteksi infeksi atau tumor pada tulang belakang
  • Tes saraf, jika penderita mengalami mati rasa atau kelemahan otot untuk menentukan seberapa baik impuls saraf pada sumsum tulang belakang
  • Tes kepadatan tulang atau bone density scan, untuk melihat tingkat kepadatan tulang
  • Tes darah, untuk mendeteksi apakah terdapat infeksi, misalnya tuberkulosis

Perawatan

Dirangkum dari Mayo Clinic dan Healthline, penanganan kifosis disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebab yang mendasarinya.

Pada kasus kifosis yang ringan, umumnya tidak memerlukan pengobatan. Postur tubuh yang salah dapat diatasi dengan fisioterapi.

Baca juga: Rentan Alami Penuaan, Berikut 4 Cara Jaga Kesehatan Tulang Belakang

Kasus kifosis yang menyebabkan penderita mengalami rasa sakit maka dokter akan memberikan obat pereda nyeri, seperti paracetamol dan ibuprofen.

Obat osteoporosis mungkin juga akan diberikan untuk membantu menguatkan tulang belakang.

Penderita kifosis juga disarankan melakukan fisioterapi untuk meningkatkan rentang gerak atau fleksibilitas tulang dan meredakan nyeri punggung.

Penderita Scheuermann’s kyphosis mungkin memerlukan penyangga punggung selama masa pertumbuhan agar tidak belakang tidak semakin melengkung.

Kasus kifosis yang parah, misalnya yang menyebabkan tulang saraf belakang terjepit, maka akan dilakukan tindakan spinal fusion.

Spinal fusion merupakan prosedur yang dilakukan dengan memasukkan potongan tulang di antara ruas tulang belakang lalu diikat dengan pen logam sehingga tulang kembali ke posisi yang normal.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kepadatan tulang, di antaranya:

  1. Konsumsi makanan atau suplemen tambahan yang mengandung kalsium dan vitamin D
  2. Hindari rokok atau mengunyah tembakau
  3. Batasi konsumsi alkohol

Komplikasi

Dikutip dari Mayo Clinic, selain menyebabkan sakit punggung kifosis juga dapat menimbulkan beberapa kondisi berikut:

Baca juga: 8 Macam Kelainan pada Tulang Manusia yang Perlu Diwaspadai

  1. Gangguan pernapasan
    Kasus kifosis yang parah dapat memberi tekanan lebih pada paru-paru yang menyebabkan penderita mengalami sesak napas
  2. Gerak tubuh terbatas
    Melemahnya otot punggung menyebabkan penderita sulit berjalan, bangun dari kursi, atau sekadar mendongakkan kepala
  3. Penampilan tubuh yang kurang menarik
    Hal ini dikarenakan kifosis menyebabkan penderita tampak bungkuk atau karena menggunakan penyangga punggung
  4. Gangguan pencernaan
    Kifosis yang parah dapat menekan saluran pencernaan sehingga penderita mengalami gangguan pencernaan, seperti sulit menelan atau maag

Pencegahan

Melansir National Health Service, postural kyphosis dapat dicegah dengan menjaga postur tubuh tetap baik.

Berikut beberapa cara menjaga postur tubuh tetap baik:

  1. Hindari membungkuk dalam waktu yang lama
  2. Pastikan duduk dalam posisi yang benar, yaitu posisikan tubuh tetap tegak saat duduk
  3. Hindari membawa tas yang terlalu berat pada punggung
  4. Lakukan olahraga teratur untuk membantu menguatkan otot punggung, seperti berenang, lari, jalan kaki, dan yoga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com