Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2021, 20:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa traumatis, baik dengan menyaksikan atau mengalami langsung.

Gejala yang timbul dapat berupa kilas balik, mimpi buruk, kecemasan parah, serta pikiran tak terkendali akan peristiwa tersebut.

Peristiwa yang dimaksud dapat mencakup:

Baca juga: Pandemi Covid-19 Bisa Sebabkan PTSD, Begini Cara Mencegahnya...

  • bencana alam, seperti gempa bumi atau tsunami
  • terlibat dalam perang atau pertempuran militer
  • penyerangan atau pelecehan fisik secara seksual
  • kecelakaan

Umumnya, orang dengan kondisi ini mengalami kesulitan untuk mengatasi ketakutan tersebut.

Terdapat peningkatan rasa awas terhadap bahaya, seperti respons "lawan-atau-lari" yang menyebabkan rasa stres atau takut, bahkan saat mereka sedang aman.

Kondisi ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan menghambat aktivitas sehari-hari.

Namun, dengan perawatan diri dan waktu, keadaan bisa membaik.

Penting untuk mendapatkan pengobatan efektif jika gejala PTSD berkembang untuk mengurangi gejala yang timbul.

PTSD dapat terjadi pada siapa saja pada usia berapapun. Hal ini terjadi sebagai respons terhadap perubahan kimia dan saraf otak setelah terpapar peristiwa yang mengancam atau traumatis.

Gejala

Gejala PTSD dapat bermula sekitar sebulan setelah kejadian. Namun, gejala juga bisa jadi baru muncul sampai bertahun-tahun setelah peristiwa terjadi.

Gejala dikelompokkan ke dalam empat bagian:

Baca juga: Sebabkan Trauma Mendalam, Begini Cara Bantu Korban Kekerasan Seksual

  • ingatan yang mengganggu
  • penghindaran
  • perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati
  • perubahan reaksi fisik dan emosional

Setiap orang dapat memiliki gejala yang berbeda dan bervariasi dari waktu ke waktu.

Ingatan yang mengganggu

Gejala ini dapat meliputi:

  • kenangan berulang
  • kilas balik
  • mimpi buruk
  • tekanan emosional yang parah atau reaksi fisik terhadap sesuatu yang memicu memori traumatis tersebut

Penghindaran

Gejala penghindaran mencakup:

  • mencoba untuk menghindari berpikir atau berbicara soal peristiwa traumati
  • menghindari tempat, aktivitas, atau orang yang mengingatkan peristiwa traumatis

Perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati

Gejalanya dapat mencakup:

  • pikiran negatif tentang diri sendiri, orang lain, atau dunia
  • keputusasaan tentang masa depan
  • masalah memori, termasuk tidak mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis
  • kesulitan mempertahankan hubungan dekat
  • merasa terpisah dari keluarga dan teman
  • kurangnya minat pada aktivitas yang disukai atau dinikmati
  • kesulitan mengalami emosi positif
  • merasa mati rasa secara emosional

Baca juga: Mengenal Butterfly Hug untuk Atasi Kecemasan Pada Pasien Trauma

Perubahan reaksi fisik dan emosional

Gejala perubahan reaksi fisik dan emosional (disebut juga sebagai gairah) melibatkan:

  • menjadi mudah terkejut atau takut
  • selalu waspada terhadap bahaya
  • perilaku merusak diri sendiri, seperti terlalu banyak atau mengemudi terlalu cepat
  • sulit tidur
  • sulit berkonsentrasi
  • iritabilitas, ledakan kemarahan, atau perilaku agresif
  • rasa bersalah atau malu yang luar biasa

Penyebab

PTSD dapat terjadi pada seseorang yang melalui atau menyaksikan peristiwa traumatis, seperti bencana alam, perang atau pertempuran militer, atau kekerasan.

Trauma dapat menyebabkan perubahan pada otak.

Melansir Healthline, sebuah studi pada 2018 menunjukkan penderita PTSD memiliki hipokampus (area otak yang mengatur memori dan emosi) lebih kecil.

Namun, tidak diketahui jika volume hipokampus itu memang lebih kecil atau trauma justru menurunkan volume bagian otak tersebut.

Beberapa penyebab lain dapat merupakan kombinasi dari:

  • pengalaman yang membuat stres berat, termasuk jumlah dan tingkat keparahan trauma yang pernah dialami
  • risiko kesehatan mental yang diturunkan, seperti riwayat keluarga akan kecemasan (anxiety) atau depresi (depression)
  • temperamen atau bagian dari kepribadian
  • cara otak mengatur bahan kimia dan hormon yang dilepaskan tubuh sebagai respons terhadap stres.

Baca juga: Memahami Trauma Masa Kecil dan Efeknya Bagi Fisik dan Mental

Diagnosis

Penyedia layanan kesehatan dapat mendiagnosis PTSD dengan melakukan pemeriksaan kesehatan mental dan mungkin juga pemeriksaan fisik.

Orang dengan diagnosis PTSD memiliki semua gejala yang telah disebutkan selama setidaknya satu bulan:

  • setidaknya satu gejala dialami berulang
  • setidaknya satu gejala penghindaran
  • setidaknya dua gejala gairah dan reaktivitas
  • setidaknya dua gejala kognisi dan suasana hati

Perawatan

Umumnya, penanganan PTSD melibatkan terapi bicara (psikoterapi) dan pengobatan.

Salah satu psikoterapi, terapi perilaku kognitif (CBT), dilaporkan sangat efektif.

Beberapa bentuk spesifik CBT yang dapat digunakan untuk mengobati PTSD seperti:

  • terapi pemrosesan kognitif
  • terapi paparan berkepanjangan
  • terapi inokulasi stres

Baca juga: Mengenal Trauma yang Mungkin Dialami Korban Perkosaan Reynhard Sinaga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com