Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/02/2022, 21:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.

Jika tidak segera diobati HIV dapat memengaruhi dan membunuh sel CD4 yang merupakan jenis sel kekebalan yang disebut sel T.

Seiring waktu, HIV yang telah membunuh lebih banyak sel CD4 menyebabkan tubuh lebih mungkin terkena berbagai jenis kondisi dan kanker.

Baca juga: Apakah Orang yang Terkena HIV Bisa Sembuh?

HIV adalah kondisi seumur hidup yang hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menghilangkannya dari tubuh.

Penyebab

Berdasarkan Mayo Clinic, HIV disebabkan oleh virus yang menyebar.

Perlu diketahui bahwa darah, air mani, atau cairan vagina yang terinfeksi harus masuk ke dalam tubuh Anda untuk terinfeksi HIV.

Hal Ini dapat terjadi dalam beberapa cara, yaitu:

  • Melakukan hubungan seks vaginal, anal, atau oral dengan pasangan yang terinfeksi
  • Berbagi perlengkapan obat IV seperti jarum dan alat suntik yang terkontaminasi
  • Transfusi darah meskipun saat ini sudah jarang terjadi
  • Selama kehamilan, persalinan atau menyusui.

Gejala

Dilansir dari Healthline, gejala HIV dapat meliputi:

Gejala awal

  • Demam
  • Panas dingin
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sakit dan nyeri umum
  • Ruam kulit
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Mual
  • Sakit perut.

Baca juga: 7 Cara Penularan HIV dan Pencegahannya

Gejala nonspesifik

  • Sakit kepala dan sakit dan nyeri lainnya
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Demam berulang
  • Keringat malam
  • Kelelahan
  • Mual
  • Muntah
  • Diare
  • Penurunan berat badan
  • Ruam kulit
  • Infeksi jamur mulut atau vagina berulang
  • Radang paru-paru
  • Herpes zoster.

Jika Anda memiliki gejala-gejala ini dan mengira mungkin telah terpapar HIV, penting bagi Anda untuk segera melakukan tes atau diagnosis.

Diagnosis

Berdasarkan Mayo Clinic, diagnosis HIV dapat dilakukan melalui:

  • Tes darah atau air liur
  • Tes antigen/antibodi yang melibatkan pengambilan darah dari vena
  • Tes antibodi untuk mencari antibodi terhadap HIV dalam darah atau air liur
  • Tes asam nukleat (NAT) untuk mencari virus yang dalam darah.

Baca juga: Gejala HIV pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Jika Anda telah didiagnosis dengan HIV, beberapa tes dapat membantu dokter Anda menentukan stadium penyakit Anda dan pengobatan terbaik, termasuk:

  • Hitung jumlah sel T CD4 yang secara khusus ditargetkan dan dihancurkan oleh HIV.
  • Mengukur beban virus (HIV RNA) dalam darah
  • Resistensi obat yang membantu dokter untuk menentukan bentuk spesifik virus yang Anda miliki.

Perawatan

Saat ini, tidak ada obat untuk HIV/AIDS. Setelah Anda memiliki infeksi, tubuh Anda tidak dapat menyingkirkannya.

Namun, terdapat berbagai pilihan perawatan yang dapat mengendalikan HIV dan mencegah komplikasi.

Setiap orang dengan infeksi HIV, terlepas dari jumlah atau gejala CD4 T harus menerima pengobatan antivirus.

Salah satunya dengan resep obat-obatan atau disebut terapi antiretroviral yang merupakan kombinasi dari tiga atau lebih obat dari beberapa kelas obat yang berbeda.

Pendekatan ini memiliki peluang terbaik untuk menurunkan jumlah HIV dalam darah.

Agar terapi antiretroviral efektif, penting bagi Anda untuk meminum obat sesuai resep, tanpa melewatkan atau melewatkan dosis apa pun.

Baca juga: 12 Gejala Awal HIV yang Penting Dikenali

Terapi antiretroviral berguna untuk:

  • Menjaga daya tahan tubuh agar tetap kuat
  • Mengurangi kemungkinan Anda terkena infeksi
  • Mengurangi peluang Anda untuk mengembangkan HIV yang resisten terhadap pengobatan
  • Mengurangi kemungkinan Anda menularkan HIV ke orang lain.

Selain itu, dokter juga akan merekomendasikan pengobatan yang bergantung pada penyakit terkait usia dan respon Anda terhadap pilihan perawatan lainnya.

Pencegahan

Berdasarkan healthline, Anda dapat mencegah atau menurunkan risiko mengalami HIV/AIDS dengan cara berikut:

  • Lakukan tes HIV dan infeksi menular seksual lainnya sebelum berhubungan seks
  • Gunakan kondom
  • Hindari berbagi jarum atau perlengkapan pribadi lainnya dengan orang lain
  • Pertimbangkan profilaksis pasca pajanan (PEP) atau profilaksis pra pajanan (PrPP) untuk mengurangi risiko tertular HIV.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau