Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/02/2022, 09:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kista dentigerous adalah salah satu jenis kista odontogenik (gigi) yang paling umum.

Kista odontogenik merupakan kantung berisi cairan yang berkembang di tulang rahang di atas gigi yang belum erupsi.

Kista ini dalam banyak kasus, mempengaruhi gigi geraham atau gigi taring.

Baca juga: Kista Pilonidal

Kista dentigerous merupakan lesi kistik yang dihasilkan dari infeksi pada gigi.

Penyebab

Kista dentigerous terjadi ketika cairan menumpuk di atas gigi yang belum erupsi.

Kondisi ini dapat memengaruhi siapa saja, tetapi berisiko lebih tinggi pada orang berusia 20-an atau 30-an.

Umumnya, tumor dan kista odontogenik berasal dari sel dan jaringan dalam perkembangan gigi normal.

Sebagian besar terkait erat dengan sindrom gI*ka mengidap sindrom karsinoma sel basal nevoid, tubuh akan kekurangan gen yang ggberfungsi untuk menekan tumor.

Dengan demikian, sindrom ini menempatkan orang pada risiko yang lebih tinggi terkena kista odontogenik di dalam rahang.

Dalam kasus yang lebih buruk, pengidapnya juga berisiko mengembangkan beberapa kanker sel basal.

Gejala

Gejala kista dentigerous meliputi:

  • Sensitivitas gigi
  • Pembengkakan
  • Perpindahan gigi
  • Benjolan kecil tempat gigi seharusnya erupsi
  • Kerenggangan antara gigi yang terpindah.

Baca juga: 2 Cara Mengobati Kista Ginjal

Kista dentigerous yang lebih kecil biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun.

Pengidapnya baru akan melihat gejala yang disebutkan di atas ketika diameternya lebih dari dua sentimeter.

Diagnosis

Kista dentigerous kecil sering tidak diketahui hingga pengidapnya menjalani rontgen gigi.

Jika dokter gigi melihat hal yang tidak biasa pada rontgen gigi, dokter akan menggunakan CT scan atau MRI scan untuk memastikan temuannya bukan jenis kista lain, seperti kista periapikal atau kista tulang aneurisma.

Dalam beberapa kasus, seperti ketika kista lebih besar, dokter gigi umumnya dapat mendiagnosis kista dentigerous hanya dengan melihatnya.

Perawatan

Prosedur pengobatan akan tergantung pada ukuran kista.

Kista berukuran kecil mudah dihilangkan melalui prosedur pembedahan, di samping gigi yang terkena.

Dalam beberapa kasus, dokter gigi akan menggunakan prosedur perawatan marsupialisasi.

Teknik ini melibatkan pembedahan pemotongan kista terbuka untuk membentuk celah dan jahitan tepi celah. 

Hal ini untuk menghaluskan permukaan dari permukaan luar ke bagian dalam kista.

Kista akan tetap terbuka dan dapat dengan bebas mengalirkan cairan yang dibawanya.

Baca juga: Kista

Metode ini paling efektif bila prosedur pengeringan tunggal tidak cukup.

Metode tersebut adalah prosedur populer yang juga dapat diterapkan pada kondisi lain, seperti kista Bartholin dan kista pankreas.

Dalam kasus kista dentigerous, marsupialisasi memungkinkan gigi yang terkena kista untuk erupsi tanpa hambatan apapun, sehingga membantu dalam mengurangi kemungkinan kista berulang.

Pilihan pengobatan lain kista dentigerous meliputi:

  • Operasi rekonstruksi untuk memulihkan tulang rahang dan struktur di sekitarnya
  • Terapi medis
  • Perawatan suportif untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik.

Hubungi dokter segera jika merasakan gejala kista dentigerous di mulut atau gigi.

Komplikasi

Bahkan pada kasus kista dentigerous kecil, pengangkatannya dapat mencegah komplikasi.

Namun, membiarkannya tidak diobati juga dapat menyebabkan:

  • Infeksi
  • Kehilangan gigi
  • Fraktur rahang
  • Ameloblastoma atau tumor rahang.

Baca juga: Apakah Kista Bartholin Bisa Sembuh Sendiri?

Pencegahan

Lakukan pemeriksaan radiografi secara rutin untuk mendeteksi dini adanya kelainan gigi untuk mencegah kista dentigereous dan penyakit gigi atau mulut lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com