Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2021, 17:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kerongkongan adalah salah satu organ dalam sistem pencernaan manusia.

Kerongkongan merupakan organ berbentuk pipa yang berfungsi untuk menyalurkan makanan dan minuman yang ditelan dari mulut ke dalam lambung.

Di dalam kerongkongan, terdapat otot-otot khusus menyerupai katup yang disebut lower esophageal sphincter (LES).

Baca juga: Asam Lambung Naik Bisa Sebabkan Kanker Kerongkongan, Kenapa Begitu?

Otot yang berada di bagian bawah kerongkongan ini berfungsi untuk mendorong makanan atau minuman masuk lebih dalam menuju perut.

Katup ini juga memastikan agar makanan atau minuman yang sudah mencapai lambung tidak kembali naik ke kerongkongan atau mulut.

Normalnya, saat seseorang menelan makanan atau minuman, LES akan berkontraksi agar makanan atau minuman dapat masuk lebih dalam menuju perut.

Kemudian, cincin otot di ujung kerongkongan, yang disebut sfingter esofagus, akan merenggang sehingga makanan atau minuman dapat masuk ke dalam lambung.

Otot sfingter ini bertugas untuk membuka dan menutup kerongkongan sesuai kebutuhan.

Namun, terdapat suatu kelainan yang menyebabkan LES dan sfingter esofagus bermasalah dan tidak dapat melakukan tugas sesuai seharusnya.

Kelainan pada sistem pencernaan ini disebut dengan achalasia atau akalasia, yaitu kelainan langka pada kerongkongan.

Akalasia menyebabkan makanan atau minuman sulit untuk masuk ke perut (lambung) karena sfingter esofagus tidak bekerja dengan sempurna.

Sfingter esofagus tidak membuka saat terjadi proses menelan dan LES menjadi kaku ketika makanan dan minuman menuju ke lambung.

Inilah yang menyebabkan makanan atau minuman sulit untuk masuk ke perut dan menumpuk di bagian bawah kerongkongan, bahkan dapat kembali naik ke bagian atas kerongkongan.

Gejala

Dirangkum dari Cedars-Sinai dan WebMD, akalasia ditandai dengan beberapa gejala berikut:

Baca juga: Kanker Esofagus (Kerongkongan): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

  1. Kesulitan menelan atau disfagia
  2. Makanan atau minuman naik kembali ke kerongkongan (regurgitasi)
  3. Bangun di malam hari batuk atau tersedak karena regurgitasi
  4. Nyeri ulu hati atau heartburn
  5. Nyeri dada
  6. Nyeri atau sensasi tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan
  7. Penurunan berat badan
  8. Sering tersedak
  9. Sering bersendawa
  10. Batuk pada malam hari
  11. Muntah

Penyebab

Mengutip WebMD, tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan akalasia, tetapi kondisi ini diduga terjadi karena beberapa kondisi berikut:

  1. Penyakit autoimun
  2. Infeksi virus
  3. Faktor genetik
  4. Penurunan fungsi saraf atau neurodegeneratif

Faktor risiko

Merangkum National Organization for Rare Disorders dan Cedars-Sinai, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami akalasia, seperti:

Baca juga: 12 Gejala Radang Kerongkongan (Esofagitis) yang Perlu Diwaspadai

  1. Berusia antara 25 hingga 60 tahun, tetapi kondisi ini juga dapat terjadi pada anak-anak
  2. Memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi ini karena akalasia diduga dapat disebabkan oleh faktor genetik
  3. Meski masih tidak diketahui secara pasti, terdapat anggapan bahwa kondisi ini lebih rawan dialami oleh laki-laki daripada perempuan
  4. Memiliki kelainan autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel sfingter esofagus yang sehat
  5. Terinfeksi virus dari penyakit lain yang menyerang saraf, seperti herpes
  6. Terjangkit penyakit Chagas, yaitu infeksi yang disebabkan oleh parasit

Diagnosis

Dikutip dari National Health Service, terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis akalasia, yaitu:

  1. Manometri, untuk mengukur kontraksi dan kelenturan otot kerongkongan saat menelan
  2. Esofagografi, penderita akan meminum cairan Barium sebelum melakukan pemeriksaan agar dokter dapat melihat kerongkongan, lambung, dan usus secara detail
  3. Endoskopi, menggunakan alat khusus yang dimasukkan ke tenggorokan untuk memeriksa kondisi dinding kerongkongan, sfingter esofagus, dan lambung

Perawatan

Melansir Mayo Clinic, penanganan akalasia bertujuan untuk relaksasi atau melemaskan otot LES sehingga mempermudah makanan dan minuman masuk ke lambung.

Berikut metode penanganan untuk mengobati akalasia:

Baca juga: 5 Penyebab Radang Kerongkongan (Esofagitis) yang Perlu Diwaspadai

  • Prosedur nonbedah

Berikut beberapa prosedur nonbedah yang dapat dilakukan untuk mengatasi akalasia:

  1. Pneumatic dilation
    Dokter akan memasukkan balon khusus ke bagian tengah sfingter esofagus untuk melebarkan kerongkongan.
  2. Suntik botulinum toxin (botox)
    Melalui endoskopi, dokter menyuntikkan botox ke sfingter esofagus agar tidak kaku. Efektivitas suntikan ini hanya bertahan maksimal enam bulan sehingga perlu dilakukan kembali.
  3. Pemberian obat pelemas otot
    Dokter akan memberikan obat, seperti nitrogliserin dan nifedipine jika penderita tidak dapat menjalani pneumatic dilation, operasi, atau suntik botox yang tidak mengatasi akalasia.
  • Prosedur bedah

Beberapa prosedur bedah yang dapat dilakukan untuk mengatasi akalasia, antara lain:

  1. Heller myotomy
    Merupakan tindakan memotong otot LES menggunakan teknik laparoskopi agar makanan dapat lebih mudah masuk ke lambung
  2. Fundoplication
    Dokter akan membungkus bagian bawah kerongkongan dengan bagian atas lambung untuk mencegah asam lambung naik kembali ke kerongkongan.
  3. Peroral endoscopic myotomy (POEM)
    Dengan menggunakan endoskopi, dokter akan memotong otot LES langsung melalui bagian dalam mulut

Baca juga: 9 Cara Mencegah Asam Lambung Naik ke Kerongkongan

Komplikasi

Dikutip dari Cedars-Sinai, jika tidak ditangani dengan baik, akalasia dapat mengakibatkan beberapa komplikasi berikut:

  1. Pneumonia aspirasi, disebabkan oleh makanan atau minuman yang naik kembali ke atas kerongkongan dan masuk ke paru-paru
  2. Perforasi esofagus, yaitu robeknya dinding kerongkongan
  3. Kanker kerongkongan (esofagus)

Pencegahan

Melansir Cedars-Sinai, tidak ada cara efektif untuk mencegah akalasia karena belum diketahui secara pasti penyebab akalasia.

Akan tetapi, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperburuk gejala akalasia, yaitu:

  1. Tidak merokok
  2. Hindari makanan atau minuman yang dapat memicu nyeri ulu hati atau heartburn
  3. Perbanyak cairan (minum air) ketika sedang makan
  4. Kunyah makanan dengan baik dan pastikan benar-benar halus sebelum ditelan
  5. Lebih sering makan dengan porsi kecil daripada jarang makan, tetapi makan dalam porsi banyak secara sekaligus
  6. Hindari makan di malam hari
  7. Letakkan bantal, untuk menyangga kepala agar asam lambung tidak naik ke kerongkongan saat tertidur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau