Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/09/2021, 06:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seseorang dapat dikatakan dalam keadaan koma saat mengalami ketidaksadaran yang berkepanjangan.

Pasien dalam kondisi koma tidak dapat memberikan respons terhadap situasi di sekitarnya.

Koma merupakan kondisi emergensi atau gawat darurat yang harus ditangani oleh tenaga medis untuk mempertahankan fungsi otak, hingga nyawa pasien.

Baca juga: 5 Cara Menangani Orang Pingsan

Koma dapat berlangsung kurang dari empat minggu dengan pemulihan secara bertahap.

Namun, tidak sedikit pasien yang mengalami koma selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

Gejala

Melansir Mayo Clinic, berikut adalah beberapa tanda yang ditunjukan oleh pasien yang mengalami kondisi koma, antara lain:

  • Mata tertutup
  • Pupil mata tidak merespons cahaya
  • Tidak ada respons anggota badan, kecuali gerakan refleks
  • Tidak ada respons terhadap rangsangan nyeri
  • Pernapasan tidak teratur

Segera hubungi dokter jika orang di sekitar Anda mengalami gejala di atas agar dapat ditangani oleh tenaga medis dengan cepat.

Penyebab

Koma dapat terjadi karena adanya kerusakan sementara atau permanen pada bagian otak. Kerusakan tersebut menyebabkan ketidaksadaran dan ketidakmampuan untuk mess.

Tidak sedikit masalah yang dapat menyebabkan koma.

Baca juga: Kenapa Orang Bisa Pingsan?

Merangkum dari Mayo Clinic dan Healthline, berikut beberapa kondisi penyebab koma:

  • Cedera otak traumatis, dapat disebabkan oleh tabrakan lalu lintas atau tindakan kekerasan
  • Pukulan, terjadi akibat penyumbatan arteri atau pecahnya pembuluh darah
  • Tumor, khususnya di bagian otak atau batang otak
  • Diabetes, kadar gula darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
  • Infeksi, dapat menyebabkan pembengkakan otak, sumsum tulang belakang atau jaringan yang mengelilingi otak
  • Keracunan, seperti karbon monoksida atau dioksida dapat menyebabkan kerusakan otak dan koma
  • Stroke, menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otak
  • Overdosis narkoba dan alkohol
  • Kekurangan oksigen
  • Kejang berkepanjangan

Komplikasi

Umumnya, koma berlangsung selama beberapa minggu, selama waktu itu pasien mungkin akan mulai bangun secara bertahap, seperti:

  • Keadaan vegetatif
    Terjaga tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda menyadari lingkungan mereka atau diri mereka sendiri
  • Keadaan sadar minimal
    Memiliki kesadaran terbatas yang datang dan pergi

Baca juga: 4 Penyebab Pingsan yang Perlu Diwaspadai

Namun, komplikasi dapat berkembang selama masa koma atau masa pemulihan.

Contohnya seperti infeksi saluran kemih, pembekuan darah di kaki, dan kemungkinan memiliki cacat berat atau ringan akibat kerusakan otak.

Hal ini dapat menyebabkan pasien membutuhkan perawatan khusus selama sisa hidupnya.

Diagnosis

Koma memiliki tingkat kesulitan yang cukup untuk didiagnosa karena pasien tidak dapat berbicara atau mengekspresikan perasaannya.

Oleh karena itu, dokter akan mengandalkan petunjuk fisik dan informasi dari orang terdekat pasien.

Merangkum dari Healthline dan Mayo Clinic, berikut berbagai prosedur yang kemungkinan akan dilakukan oleh dokter untuk memberikan diagnosis pada kondisi koma.

Pemeriksaan fisik

  • Memeriksa gerakan refleks
  • Melihat respons terhadap rangsangan yang menyakitkan
  • Mengamati pola pernapasan
  • Memeriksa tanda-tanda memar pada kulit yang mungkin disebabkan oleh trauma
  • Menguji gerakan mata refleksif untuk menentukan lokasi kerusakan otak
  • Mengamati reaksi mata dan ukuran pupil

Tes laboratorium

Tes laboratorium, khususnya tes darah akan digunakan untuk menguji dan memeriksa kondisi berikut:

Baca juga: Terlihat Sepele, Kebanyakan Main Game Bisa Bikin Anak Pingsan

  • Blood count
  • Fungsi tiroid dan hati
  • Kadar elektrolit
  • Keracunan karbon monoksida
  • Overdosis obat
  • Overdosis alkohol
  • Infeksi pada sistem saraf

Pemindaian otak

Tes ini membantu dokter untuk menemukan cedera yang terjadi di area otak, yaitu:

  • CT-scan
    Menunjukkan pendarahan otak, tumor, stroke dan kondisi lainnya. Tes ini sering digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan penyebab koma
  • Magnetic Resonance Imaging (MRI)
    Mendeteksi jaringan otak yang rusak akibat stroke iskemik, pendarahan otak, dan kondisi lainnya. Pemindaian MRI sangat berguna untuk memeriksa batang otak dan struktur otak dalam
  • Electroencephalography (EEG)
    Ini mengukur aktivitas listrik di dalam otak melalui elektroda kecil yang menempel di kulit kepala. Tes ini menentukan apakah kejang mungkin menjadi penyebab koma

Perawatan

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kondisi koma harus ditangani oleh tim medis yang profesional.

Baca juga: 9 Gejala Stroke pada Wanita yang Pantang Disepelekan

Menurut Healthline, prioritas pengobatan pada pasien koma adalah mempertahankan kehidupan dan fungsi otak.

Dokter dan tim medis akan memantau perkembangan, memastikan tidak terjadi infeksi, dan memberikan nutrisi yang seimbang selama pasien mengalami koma.

Peluang seseorang untuk pulih dari koma tidak bisa diprediksi secara akurat dan sangat bergantung pada tingkat keparahan, penyebab cedera otak, usia, dan berapa lama pasien mengalami koma.

Lalu, apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu pemulihan pasien koma?

Melansir NHS, terdapat beberapa cara yang mungkin akan berguna saat mengunjungi teman atau orang yang di cintai dalam keadaan koma, seperti:

  • Beritahu siapa Anda
  • Berbicara dengan pasien seperti biasa
    Walaupun tidak bisa merespons, terdapat kemungkinan pasien dapat mendengar apa yang Anda katakan
  • Tunjukkan cinta dan dukungan Anda
    Dapat Anda lakukan dengan memegang tangan membelai kulit pasien dengan nyaman
  • Berikan hal favorit pasien
    Seperti memainkan musik, meletakkan bunga, atau menyemprotkan parfum favorit pasien

Penelitian menunjukkan bahwa merangsang indra utama pasien koma seperti sentuhan, pendengaran, penglihatan dan penciuman berpotensi membantu seseorang untuk pulih dari koma.

Baca juga: Kenali Apa itu Stroke Hemoragik dan Gejalanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com