Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/02/2022, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Normalnya, sistem imun akan melindungi tubuh dari penyakit infeksi. Namun, hal ini tidak terjadi pada seseorang yang menderita penyakit autoimun.

Penyakit autoimun merupakan penyakit yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh atau sistem imun secara keliru menyerang sel, jaringan, atau organ tubuh yang sehat.

Salah satu penyakit autoimun yang sering kali ditemui adalah lupus.

Baca juga: 13 Gejala Awal Lupus yang Harus Diperhatikan

Lupus atau lupus eritematosus merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan dan nyeri di bagian tubuh mana pun.

Lupus dapat menimbulkan peradangan pada kulit, sendi, ginjal, jantung, paru-paru, bahkan otak.

Penyakit lupus dapat dialami siapa saja dari semua kalangan usia. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita berusia 15 hingga 45 tahun.

Lupus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan selama penderitanya hidup.

Meski tidak obat yang dapat menyembuhkan lupus, tetapi penanganan yang tepat dapat membantu meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Jenis

Dikutip dari Healthline, lupus diklasifikasikan ke dalam empat jenis berikut ini:

  • Systemic lupus erythematosus (SLE)

SLE merupakan jenis lupus yang paling umum ditemukan. Kondisi ini dapat memengaruhi beberapa organ, seperti ginjal, sendi, kulit, sistem saraf, dan paru-paru.

SLE dapat dibedakan menjadi ringan dan berat. Ketika penderita mengalami gejala ringan atau tidak mengalami gejala apa pun maka disebut periode remisi.

Setelah itu, periode remisi dapat diikuti dengan kemunculan gejala lain yang mungkin lebih parah. Kondisi ini disebut periode flare-up.

  • Cutaneous lupus

Merupakan jenis lupus yang hanya menyerang kulit. Kondisi ini dapat menimbulkan ruam merah pada kulit yang sulit hilang.

Baca juga: Penyakit Lupus: Penyebab, Gejala, dan Komplikasi

  • Neonatal lupus

Merupakan jenis lupus yang sangat langka dan hanya terjadi pada bayi baru lahir dari ibu dengan penyakit lupus.

  • Drug-induced lupus

Merupakan jenis lupus yang terjadi akibat efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti obat antihipertensi, antikejang, dan antijamur.

Gejala drug-induced lupus biasanya akan hilang setelah berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut.

Gejala

Merangkum Better Health Channel dan Mayo Clinic, gejala lupus cukup bervariasi dan dapat berbeda pada setiap penderita.

Gejala yang muncul dapat bersifat ringan atau berat, terjadi secara tiba-tiba atau bertahap, dan berlangsung sementara atau permanen.

Berikut beberapa gejala dari lupus:

  • Kelelahan
  • Demam
  • Sendi terasa nyeri, kaku, atau bengkak
  • Ruam berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly-shaped rash) yang muncul dari batang hidung hingga kedua pipi
  • Munculnya ruam pada bagian tubuh lain, misalnya tangan
  • Ruam kulit semakin bertambah parah saat terpapar sinar matahari
  • Jari-jari tangan dan kaki memutih atau membiru jika terkena suhu dingin atau saat sedang stres (fenomena Raynaud)
  • Nyeri dada dan sesak napas akibat peradangan pada paru-paru
  • Mata terasa kering
  • Sakit kepala
  • Rambut rontok
  • Sariawan
  • Kebingungan
  • Penurunan daya ingat atau gangguan memori
  • Kejang, akibat peradangan pada sistem saraf.

Baca juga: Amankah Hamil saat Menderita Lupus?

Penyebab

Dikutip dari Healthline, penyebab lupus hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.

Namun, terdapat beberapa kondisi yang diduga berperan dalam terjadinya lupus:

  1. Lingkungan, meliputi paparan asap rokok, stres yang berkepanjangan, dan paparan racun, seperti silika
  2. Kondisi genetik, memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit lupus dapat menyebabkan seseorang mengalami kondisi ini
  3. Hormon, misalnya peningkatan kadar hormon estrogen
  4. Infeksi, seperti cytomegalovirus dan virus Epstein-Barr
  5. Efek samping obat-obatan tertentu, seperti hidralazin untuk mengatasi hipertensi dan procainamide untuk mengatasi aritmia.

Faktor risiko

Merangkum WebMD dan Medical News Today, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang menderita lupus, di antaranya:

  • Berjenis kelamin wanita
  • Berusia antara 15 hingga 45 tahun
  • Memiliki anggota keluarga yang menderita lupus atau penyakit autoimun lain, seperti autoimun tiroiditis, anemia hemolitik, dan purpura trombositopenia idiopatik.

Selain beberapa kondisi di atas, terdapat kondisi lain yang dapat memparah gejala lupus, yaitu:

Baca juga: Mengapa Penyakit Lupus Sulit Disembuhkan?

  • Terpapar sinar matahari secara langsung
  • Mengalami stres atau menghadapi tekanan
  • Mengalami kelelahan ekstrem akibat stres
  • Menderita penyakit infeksi, seperti herpes zoster.

Diagnosis

Menurut Mayo Clinic, dikarenakan lupus memiliki gejala yang bervariasi pada setiap penderitanya menyebabkan penyakit ini sulit dideteksi.

Hingga saat ini, tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat mendeteksi penyakit lupus.

Namun, umumnya dokter akan menganjurkan beberapa tes berikut untuk membantu mendiagnosis lupus:

  1. Tes darah lengkap
    Dilakukan untuk mengukur jumlah tiap jenis sel darah dan menilai seberapa baik ginjal dan hati berfungsi
  2. Tes urine atau urinalisis
    Menggunakan sampel urine untuk mengukur kadar protein atau sel darah merah pada urine guna menilai seberapa baik organ ginjal bekerja
  3. Pemeriksaan antinuclear antibody (ANA)
    Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi tertentu dalam darah yang umumnya dimiliki penderita lupus
  4. Rontgen dada
    Dapat menunjukkan adanya peradangan atau penumpukan cairan di dalam paru-paru
  5. Ekokardiografi
    Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk mendeteksi aktivitas jantung dan masalah atau kelainan pada jantung
  6. Biopsi kulit atau ginjal
    Dokter akan mengambil sampel dari kulit atau ginjal untuk mendeteksi adanya jaringan abnormal pada kulit atau ginjal.

Baca juga: Lupus Lebih Banyak Menyerang Wanita, Kok Bisa?

Perawatan

Dilansir dari Healthline, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan lupus.

Namun, penanganan yang tepat dapat membantu meringankan gejala dan mencegah kekambuhan penyakit.

Pilihan obat dan metode pengobatan dapat bervariasi sesuai dengan perkembangan penyakit lupus.

Maka dari itu, penting bagi penderita untuk melakukan pemeriksaan secara rutin agar penanganan yang diberikan sesuai dengan gejala dan tingkat keparahan penyakit.

Beberapa tindakan penanganan pada penderita lupus, meliputi:

Pemberian obat-obatan

Dokter akan memberikan obat-obatan yang dapat menekan kerja sistem imun, meredakan gejala, dan mengurangi risiko kerusakan pada organ.

Berikut beberapa obat yang dapat diberikan:

  1. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
    Diberikan untuk mengatasi peradangan dan nyeri. Contoh OAINS adalah ibuprofen dan naproxen
  2. Obat antimalaria
    Dapat meredakan gejala lupus, seperti ruam, nyeri sendi, dan kelelahan, serta membantu mencegah kekambuhan
  3. Kortikosteroid
    Dapat mengendalikan kerja sistem imun dan meredakan nyeri, serta mengatasi peradangan. Contoh kortikosteroid adalah prednison.
  4. Obat imunosupresan
    Obat-obatan ini bekerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh. Contohnya adalah metotreksat, mikofenolat mofetil, dan azatioprin.
  5. Agen biologis
    Merupakan obat yang dapat mengurangi jumlah protein tertentu yang memicu lupus. Contohnya adalah belimumab.

Baca juga: Kisah Ramneya, Gadis 12 Tahun yang Tak Gentar Lawan Keterbatasan akibat Lupus

Perubahan gaya hidup

Selain obat-obatan, dokter mungkin akan menyarankan agar penderita melakukan perubahan gaya hidup yang dapat membantu meredakan gejala lupus.

Beberapa perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan, meliputi:

  1. Hindari paparan sinar ultraviolet (UV) secara berlebihan, gunakan pakaian tertutup dan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan
  2. Konsumsi makanan sehat dan bergizi, seperti buah, sayur, dan biji-bijian utuh
  3. Konsumsi suplemen dan vitamin yang dianjurkan dokter, seperti vitamin D atau suplemen kalsium
  4. Rutin berolahraga
  5. Berhenti merokok jika memiliki kebiasaan merokok.

Komplikasi

Merangkum MedicineNet dan Medical News Today, lupus dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Kerusakan ginjal, hingga gagal ginjal stadium akhir yang menyebabkan penderita perlu menjalani dialisis dan transplantasi ginjal
  • Gangguan pada paru-paru, misalnya pleuritis atau peradangan pada selaput pembungkus organ paru-paru (pleura)
  • Gangguan pada sistem saraf pusat atau otak, dapat menyebabkan kejang dan stroke
  • Gangguan pada pembuluh darah, seperti vaskulitis atau peradangan pada pembuluh darah
  • Kelainan darah yang menyebabkan jumlah dan fungsinya tidak normal, seperti anemia, leukopenia, dan trombositopenia
  • Gangguan pada jantung, seperti miokarditis, endokarditis, dan perikarditis
  • Rentan terserang infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, infeksi jamur, dan herpes
  • Kematian jaringan tulang atau avaskular nekrosis.

Baca juga: 9 Gejala Awal Penyakit Lupus pada Anak

Lupus pada wanita juga dapat menimbulkan komplikasi dalam kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, dan preeklampsia.

Pencegahan

Menurut Healthline, lupus merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah. Namun, beberapa tindakan berikut dapat mengurangi risiko kekambuhan gejala:

  • Hindari paparan sinar matahari langsung, terutama pada siang hari
  • Gunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan
  • Kelola stres dengan tindakan positif, seperti yoga, meditasi, dan teknik relaksasi
  • Mencegah infeksi dengan rutin mencuci tangan menggunakan air dan sabun
  • Perbanyak istirahat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com